Daya Beli Melemah, Ini Rekomendasi Kebijakan Strategis dari Perbanas
Page 2

Daya Beli Melemah, Ini Rekomendasi Kebijakan Strategis dari Perbanas


Outlook Ekonomi 2025: Tantangan dan Peluang

Perbanas memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 berada di kisaran 4,8 persen ± 0,1 persen (yoy), dengan inflasi rendah sekitar 1,9 persen ± 0,5 persen, dan nilai tukar rupiah stabil di rentang Rp16.300–Rp16.700 per dolar AS.

Rendahnya inflasi dan suku bunga memberi ruang untuk pelonggaran kebijakan moneter, meski likuiditas tetap menjadi tantangan. Dana Pihak Ketiga (DPK) diperkirakan tumbuh hanya 4,38 persen ± 1 persen, sedangkan kredit 8,7 persen ± 1 persen (yoy).

Hery Gunardi menekankan lima pilar utama perekonomian yang saling berkaitan, yakni inflasi dan daya beli, transmisi kebijakan moneter, kinerja sektor strategis, pertumbuhan kredit dan DPK, serta stabilitas nilai tukar.

Baca juga: Jurus Perbankan Himpun Dana Murah di Tengah Persaingan Pasar yang Makin Ketat

Berdasarkan data kuartal I dan II-2025, Ketua Umum Perbanas ini menilai bahwa penurunan suku bunga global dan inflasi yang sangat rendah sejatinya membuka ruang untuk ekspansi usaha.

Namun, secara bersamaan hal itu dapat memengaruhi efisiensi penghimpunan dana masyarakat.

“Tren inflasi rendah dan suku bunga yang melandai membuka peluang sekaligus tantangan bagi perbankan. Kita mesti memanfaatkan momentum ini mendorong pertumbuhan, namun kita harus tetap waspada terhadap perlambatan yang sedang terjadi dan memastikan strategi kredit kita adaptif terhadap perubahan ekonomi,” jelas Hery.

Fokus Kredit ke Sektor Padat Karya dan Bernilai Tambah

Ketua Bidang Riset dan Kajian Ekonomi dan Perbankan Perbanas, Aviliani, menekankan bahwa pertumbuhan kredit harus diarahkan pada sektor padat karya (seperti Pertanian) dan bernilai tambah tinggi (seperti manufaktur dan infokom) dengan potensi penguatan struktural jangka panjang.

Ia mencatat bahwa sektor pertambangan diproyeksikan tumbuh 23,4 persen, listrik/gas/air sebesar 14,9 persen, serta informasi dan komunikasi sekitar 10 persen.

Baca juga: Likuiditas Ketat, Ketua Komisi XI DPR Minta Perbankan Tetap Agresif Salurkan Kredit

Namun, ia juga mengingatkan bahwa beberapa sektor seperti transportasi mengalami perlambatan signifikan dan perlu pendekatan kredit yang lebih cermat.

“Kita harus cermat dalam menyalurkan kredit, mengedepankan kualitas dan selektivitas. Fokus pada sektor unggulan dan esensial seperti pertanian, manufaktur, pertambangan dan energi, serta infokom akan memperkuat portofolio kita, namun tidak lupa menjaga dukungan bagi konsumsi masyarakat agar momentum pertumbuhan ekonomi tetap terjaga,” terang Aviliani.

Related Posts

News Update

Netizen +62