Jurus Perbankan Himpun Dana Murah di Tengah Persaingan Pasar yang Makin Ketat

Jurus Perbankan Himpun Dana Murah di Tengah Persaingan Pasar yang Makin Ketat

Jakarta – Persaingan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) maupun dana murah di industri perbankan kian mengetat. Tercermin dari DPK perbankan yang melambat hanya tumbuh 3,9 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp8.756,5 triliun di Mei 2025, dibandingkan sebulan sebelumnya yang sebesar 4,4 persen.

PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), salah satu bank yang concern terus menggenjot penghimpunan dana murah (Current Account Saving Account/CASA) dengan memperluas penetrasi tabungan wadiah berbasis payroll atau rekening gaji.

Strategi tersebut menjadi upaya utama perusahaan dalam memperkuat efisiensi biaya dana sekaligus memperluas jangkauan literasi keuangan syariah di Indonesia.

Payroll menjadi entry gate strategis untuk memperluas inklusi keuangan syariah. Tabungan wadiah yang kami tawarkan bebas biaya administrasi, sehingga efisien bagi nasabah dan mendukung efisiensi biaya dana bagi perseroan,” ujar Anton Sukarna, Direktur Sales & Distribution BSI, dikutip 24 Juni 2025.

Per Mei 2025, BSI mencatat telah mengelola lebih dari 1,2 juta rekening payroll, tumbuh sebesar 4,39 persen secara tahunan. Basis nasabah payroll BSI berasal dari beragam institusi strategis, mulai dari BUMN, ASN, kementerian/lembaga, hingga sektor swasta. Saat ini, BSI dipercaya mengelola payroll ASN sebanyak 253 ribu rekening.

Anton mengatakan, kinerja payroll turut mendongkrak pertumbuhan DPK BSI. Pada Maret 2025, DPK tercatat mencapai Rp319,34 triliun, tumbuh 7,40 persen yoy dibandingkan posisi Maret 2024 sebesar Rp297,33 triliun.

Dari total tersebut, sekitar 61 persen merupakan dana murah, dengan tabungan mendominasi 42 persen, dan tabungan wadiah menyumbang 40 persen dari total tabungan.

Baca juga: DPK Perbankan Kian Melambat, Hanya Tumbuh 3,9 Persen di Mei 2025

Sementara PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menegaskan bahwa strategi utama perseroan saat ini adalah fokus pada pengelolaan dana murah (Current Account Saving Account atau CASA). Langkah ini bertujuan menjaga efisiensi biaya dana (cost of fund) serta mempertahankan stabilitas bisnis dalam jangka panjang.

Hingga akhir kuartal I 2025, BRI berhasil menghimpun DPK sebesar Rp1.421,60 triliun. Dana murah mendominasi komposisi DPK dengan proporsi mencapai 65,77 persen atau setara Rp934,95 triliun.

Upaya tersebut menunjukkan hasil positif, tercermin dari penurunan biaya dana (cost of fund) BRI dari 3,6 persen pada kuartal I 2024 menjadi 3,5 persen pada kuartal I 2025.

Corporate Secretary BRI, Agustya Hendy Bernadi mengungkapkan bahwa pertumbuhan dana murah tersebut tidak terlepas dari optimalisasi layanan digital BRI, khususnya melalui super apps BRImo, perluasan jaringan AgenBRILink serta pengembangan transaction banking dan ekosistem merchant.

Hingga Maret 2025, jumlah pengguna super apps BRImo mencapai 40,28 juta, meningkat 20,26 persen secara tahunan. Selama kuartal I 2025, super apps BRImo melayani 1,2 miliar transaksi finansial, tumbuh 25,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Volume transaksi yang tercatat mencapai Rp1.599 triliun, meningkat 27,79 persen yoy.

Sementara itu, hingga akhir kuartal I 2025 BRI telah memiliki AgenBRILink yang jumlahnya telah mencapai 1,2 juta agen, menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dengan pertumbuhan sebesar 49,48 persen yoy.

Agen-agen tersebut tersebar di lebih dari 67 ribu desa atau menjangkau lebih dari 88 persen dari total desa di Indonesia, serta mencatat volume transaksi sebesar Rp423 triliun.

Transaction banking menjadi salah satu pilar utama BRI dalam membangun CASA secara konsisten. Dengan menyediakan solusi pembayaran dan pengelolaan keuangan yang end-to-end, BRI tidak hanya menciptakan loyalitas nasabah institusional dan merchant, tapi juga memperkuat basis dana pihak ketiga secara efisien,” tambah Hendy.

Selanjutnya, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI menyiapkan sejumlah strategi untuk menjaga profitabilitas yang berkelanjutan.

Baca juga: Bos BI Dorong Penurunan Suku Bunga Kredit Perbankan

Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo menjelaskan, BNI secara proaktif menjalankan efisiensi terhadap cost of fund (CoF) dengan tetap fokus menghimpun dana berbasis transaksi. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kualitas layanan di berbagai kanal digital milik BNI yang terus dikembangkan.

“Selain itu, kami juga tetap fokus meningkatkan pertumbuhan bisnis dengan pricing yang kompetitif dan menjaga kualitas aset. Dengan demikian, yield dari penyaluran kredit dapat tetap optimal,” jelas Okki.

Ia menambahkan, digitalisasi turut memberi dampak positif terhadap efisiensi operasional dan pendapatan non-bunga. Langkah digitalisasi ini bukan hanya mengurangi beban operasional, tapi juga meningkatkan kenyamanan dan aksesibilitas nasabah. BNI mendorong pemanfaatan platform digital seperti Wondr by BNI dan BNIdirect sebagai kanal utama untuk transaksi keuangan sehari-hari.

Langkah BNI tersebut sekaligus merespons data OJK yang mencatat turunnya Net Interest Margin (NIM) industri perbankan ke level 4,45 persen per April 2025 akibat ketatnya likuiditas, persaingan dana, serta kompetisi dengan instrumen investasi lain.

Di sisi lain, meskipun suku bunga acuan BI mulai turun, transmisi ke suku bunga dana dan kredit belum cepat terjadi, sehingga biaya dana tetap tinggi dan menjaga profitabilitas menjadi tantangan tersendiri.

“Dengan kombinasi strategi efisiensi, digitalisasi, dan fokus pada dana murah, BNI berharap NIM dapat terjaga hingga akhir tahun,” pungkas Okki. (*)

Editor: Galih Pratama

Related Posts

Top News

News Update