Sederet Sektor Kunci Dorong Ekonomi RI di Tengah Tantangan Global

Sederet Sektor Kunci Dorong Ekonomi RI di Tengah Tantangan Global

Jakarta – Indonesia diyakini tidak akan mengalami krisis ekonomi dalam waktu dekat, meskipun terdapat berbagai tantangan global.

Hal ini disampaikan oleh Andry Asmoro, Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, dalam Economic Outloook 2025: Peluang dan Tantangan 2025 – Membaca Tanda-Tanda Akankah Terjadi Krisis di Tengah Ketidakpastian Global dan Lemahnya Daya Beli Masyarakat, yang diselenggarakan Infobank bersama Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) di Shangri-La, Jakarta, Selasa, 4 Oktober 2025.

Andry menyatakan keyakinannya bahwa jika tidak ada pandemi COVID-19, ekonomi Indonesia akan tetap tumbuh positif.

“Orang Indonesia secara real punya hobi yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi kita, seperti hobi jajan dan jalan-jalan. Selama transaksi masih ada, kita bisa mencapai lebih dari 4,5 persen, sehingga ekonomi Indonesia tetap berada dalam tren positif,” ujarnya.

Baca juga: Bambang Brodjonegoro Optimis Pertumbuhan Ekonomi RI Tetap di Atas 5 Persen pada 2024

Andry menambahkan, meskipun Indonesia sempat tercatat sebagai negara yang sangat rentan terhadap krisis pada 2013, saat ini Indonesia berada dalam posisi yang lebih stabil. Ia juga menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir stabil di sekitar 5 persen.

“Sekarang Indonesia masuk dalam kategori negara sangat vulnerable di seluruh dunia,” tambahnya.

Selain itu, kata Andry, data Mandiri Spending Index menunjukkan adanya kenaikan konsumsi masyarakat dalam event-event tertentu di dalam negeri, seperti Hari Raya Idul Fitri dan liburan Natal.

Andry memprediksi bahwa kuartal pertama tahun ini, yang bertepatan dengan Ramadan dan Lebaran, akan menjadi momen yang positif bagi perekonomian Indonesia. Sektor-sektor ekonomi domestik juga dipandang masih memiliki potensi untuk tumbuh.

Di antaranya adalah sektor telekomunikasi, yang memiliki peluang besar mengingat kecepatan internet di Indonesia relatif lebih rendah dibandingkan negara ASEAN lainnya.

Sektor kesehatan juga diperkirakan akan tumbuh besar, seiring dengan kebutuhan yang terus meningkat.

Di samping itu, sektor manufaktur yang didorong oleh kebijakan pemerintah juga menjadi sektor yang memiliki potensi pertumbuhan.

Sementara, untuk sektor dengan peluang pertumbuhan moderat, Andry menyoroti sektor makanan dan minuman (food and beverages), utilitas, serta sektor pemerintah.

Pola konsumsi masyarakat Indonesia, menurutnya, terbagi antara kelompok masyarakat menengah ke atas dan menengah ke bawah. Bagi kelompok menengah atas, belanja lebih berfokus pada gaya hidup, skincare, dan kecantikan, sementara kelompok menengah ke bawah cenderung lebih defensif, dengan pengeluaran yang lebih terbatas pada komoditas tertentu.

Baca juga:Efektivitas Pemangkasan Suku Bunga BI Dipertanyakan, Pertumbuhan Ekonomi Masih Lambat

“Meski daya beli mengalami penurunan, kita harus melihat dengan sangat hati-hati dan detail. Kelompok menengah atas masih memiliki daya beli yang kuat, sementara kelompok menengah ke bawah membutuhkan dukungan dari pemerintah untuk menjaga stabilitas ekonomi,” kata Andry.

Melihat data dan tren konsumsi, Andry optimistis bahwa jika ekosistem yang lebih besar dapat diciptakan dan kemudahan dalam bertransaksi diberikan, permintaan di pasar Indonesia akan tetap tinggi.

“Kalau kita bisa mendorong menjadi suatu ekosistem yang lebih besar, demand-nya ada. Tinggal berikan kemudahan supaya ekosistemnya bekerja,” pungkasnya. (*) Ayu Utami

Related Posts

Top News

News Update