Kuseryansyah menilai, Indonesia punya modal besar, populasi digital native, ekosistem fintech yang terus berkembang, dan regulasi yang makin matang.
Namun inklusi keuangan digital seharusnya bukan sekadar akses, melainkan pemberdayaan. Jika dikelola dengan benar, ia bisa menjadi mesin produktivitas, bukan jebakan konsumtif. Selain itu, visi ke depan juga harus jelas mulai dari literasi ke aksi, dari akses ke pemanfaatan, dari transaksi ke produktivitas.
“Tanpa itu, inklusi hanya akan menjadi angka, bukan perubahan nyata,” tutup Kuseryansyah. (*)
Editor: Yulian Saputra









