Jakarta – Wakil Ketua Dewan Pengawas Danantara, Muliaman D. Hadad, menekankan pentingnya transformasi BUMN di berbagai sektor strategis untuk memperkuat agility atau kelincahan dalam menghadapi ketidakpastian global.
Menurutnya, di tengah eskalasi tensi geopolitik, disrupsi rantai pasok, serta ketidakstabilan pasar keuangan dunia, BUMN harus mampu beradaptasi secara cepat agar tetap kompetitif.
“BUMN punya peran besar dalam perekonomian nasional. Mereka tidak hanya menjadi lokomotif pertumbuhan, tetapi juga penopang stabilitas di saat ketidakpastian global makin tinggi. Karena itu, agility di berbagai sektor menjadi keharusan,” ujar Muliaman dalam diskusi Mid-Year Outlook 2025: Managing Risk & Suistanability in Economic Uncertainty & Cyberheist, yang diselenggarakan Infobank, di Shangri-La Hotel Jakarta, Selasa, 24 Juni 2025.
Baca juga: Muliaman Hadad: Agility Jadi Kunci Hadapi Ketidakpastian Global
Sebagai Wakil Ketua Dewan Pengawas Danantara, holding BUMN sektor asuransi dan penjaminan, Muliaman menegaskan ada enam area utama yang perlu menjadi prioritas penguatan agility di lingkungan BUMN.
Pertama adalah sektor transportasi dan logistik, yang menurutnya menjadi tulang punggung daya saing nasional. Kedua, sektor energi dan utilities, yang penting untuk mendukung kemandirian energi di tengah fluktuasi harga minyak dan gas dunia.
“Kalau bicara logistik, kita harus bisa mengembangkan infrastruktur pelabuhan yang terintegrasi dan efisien. Sementara di sektor energi, kemitraan untuk pengembangan renewable energy atau energi terbarukan harus dipercepat,” paparnya.
Area ketiga adalah perdagangan dan investasi, yang menuntut BUMN untuk aktif membangun kemitraan strategis global. Selanjutnya, transformasi digital menjadi area keempat yang wajib diperkuat, terutama dalam hal infrastruktur teknologi seperti pengembangan jaringan 5G bahkan 6G di masa depan.
“Digital advancement sangat menentukan. BUMN harus aktif mendorong infrastruktur digital, termasuk integrasi teknologi tinggi di semua lini bisnis,” tambah Muliaman.
Kelima, di sektor keuangan, Muliaman mendorong penguatan kerja sama pembiayaan regional melalui skema local currency financing. Menurutnya, mekanisme pembiayaan dalam mata uang lokal harus diperluas untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS dan menjaga stabilitas keuangan nasional.
Baca juga: Bos AAUI Ungkap Potensi Asuransi Mikro di Tengah Lonjakan Penduduk Miskin
Terakhir, proyek-proyek berkelanjutan atau sustainability menjadi area yang tak boleh diabaikan.
“Clean energy, carbon trading, dan ekonomi hijau adalah peluang besar yang harus dikuasai BUMN. Ini bukan hanya tuntutan global, tapi juga kebutuhan nasional jangka panjang,” katanya.
Ia menambahkan, BUMN juga harus aktif menjajaki peluang pembiayaan melalui bank pembangunan baru yang muncul di kelompok ekonomi global tersebut, melengkapi peran Bank Dunia atau Asian Development Bank (ADB) yang selama ini dominan.
“Kita belum tahu sampai kapan ketidakpastian ini berlangsung. Justru karena itu, kita harus kembali ke dalam, mengevaluasi kesiapan diri, membangun kelincahan di semua lini, dan memperkuat kolaborasi lintas sektor. Tanpa itu, sulit untuk bersaing di tengah arus perubahan global yang begitu cepat,” tutupnya. (*) Ayu Utami