Jakarta – Mengacu standar baru Bank Dunia, sebanyak 194 juta penduduk atau setara 68,25 persen penduduk Indonesia masuk kategori miskin. Penduduk miskin Indonesia terkonsentrasi di Pulau Jawa yang juga merupakan pusat ekonomi nasional.
Menurut Budi Herawan, Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), masyarakat berpenghasilan rendah di Indonesia sering terpapar risiko penyakit, sulitnya pendidikan untuk anak, dan kehilangan properti karena kebakaran terutama di pemukimanan padat.
Risiko lain adalah bencana banjir atau risiko gempa bumi, kehilangan pekerjaan bagi masyarakat miskin perkotaan, serta risiko gagal panen bagi masyarakat miskin pedesaan.
“Melihat data di atas, dapat dilihat tingginya permintaan health insurance, term insurance, property lost untuk wilayah perkotaan. Dan untuk beberapa daerah pedesaan membutuhkan agriculture insurance dan livestock insurance,” papar Budi dalam Midyear Outlook 2025: Managing Risk & Sustainability in Economic Uncertainty & Cyberheist yang digelar Infobank Media Group di Jakarta, Selasa, 24 Juni 2025.
Baca juga: Siap-siap! Danantara Bakal Rampingkan 16 BUMN Asuransi, Ini Tujuannya
Bagi pelaku industri asuransi, kondisi itu bisa dilihat melalui perspektif yang berbeda. Upaya mengurangi tingkat kemiskinan bukan hanya lewat kegiatan corporate social responsibility (CSR), melainkan suatu kesempatan dalam mengembangkan bisnis ke segmen pasar yang baru, yakni asuransi mikro.
Walaupun dijual dengan premi yang rendah dan membutuhkan biaya yang tinggi, asuransi mikro sebenarnya memberikan keuntungan dari beberapa aspek.
Pertama, asuransi mikro memberikan kontribusi nyata dalam branding dan reputasi perusahaan. Ini bisa meningkatkan kepercayaan baik dengan pemerintah maupun dengan masyarakat.
Kedua, perusahaan asuransi mikro ikut berkembang bersama tertanggung. Saat ini, mungkin tertanggung menjadi nasabah asuransi mikro, tidak menutup nantinya seiring berkembangnya ekonomi, mereka menjadi konsumen produk-produk konvensional perusahaan asuransi mikro.
Ketiga, dengan penjualan asuransi mikro, portfolio, target market perusahaan menjadi semakin terdiversifikasi, di mana low income customer menjadi target market bagi perusahaan.
Baca juga: Disrupsi Rantai Pasok Meningkat, Asuransi dan Reasuransi Jadi Penjamin Ketidakpastian
“Dari faktor-faktor itu, dapat disimpulkan bahwa selain menghasilkan profit, asuransi mikro juga memiliki keuntungan sosial bagi perusahaan asuransi,” ujarnya.
Ia menambahkan, industri asuransi tidak hanya bisa tumbuh, tapi juga menjadi mitra pemerintah untuk memberikan jaminan, rasa aman, dan percaya untuk menjaga ketahanan ekonomi nasional.
“Industri asuransi dan reasuransi berpeluang besar menjadi social safety dengan pengembangan industri asuransi mikro yang tepat bagi kebutuhan masyarakat,” tutup Budi. (*) Ari Astriawan