oleh Eko B Supriyanto
RISIKO krisis yang rendah, tapi perbankan Indonesia mencadangkan modal terlalu tinggi untuk mengantisipasi krisis. Pendek kata, modal bukan untuk menyalurkan kredit, melainkan digunakan sebagai pencadangan krisis yang sebenarnya berisiko rendah.
Peraih Nobel di bidang ekonomi, Prof. Robert F. Engle III, menilai kondisi permodalan yang dimiliki perbankan Indonesia. Menurut Engle, yang berbicara dalam kuliah umum di Bank Mega Intellectual Series dengan tema “The Prospect for Global Financial Stability” menegaskan, permodalan industri perbankan Indonesia terlampau tinggi.
Engle menjelaskan, saat ini Indonesia memiliki risiko yang sangat rendah di industri perbankan. Namun, perbankan Indonesia mencadangkan modal untuk mengantisipasi krisis. Menurutnya, permodalan untuk pencadangan dalam mengantisipasi krisis lima kali lebih besar daripada krisis 2008. (Bersambung ke halaman berikutnya)
Jakarta - Presiden Prabowo Subianto resmi menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 2024 tentang… Read More
Suasana saat konferensi pers saat peluncuran Asuransi Mandiri Masa Depan Sejahtera di Jakarta. Presiden Direktur… Read More
Jakarta - PT. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Nusa Tenggara Timur (Bank NTT) resmi menandatangani nota… Read More
Jakarta – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2024 tercatat sebesar 4,95 persen, sedikit melambat dibandingkan kuartal… Read More
Jakarta - Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) terus berkomitmen mendukung pengembangan Energi Baru… Read More
Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat peningkatan biaya pendidikan yang signifikan setiap tahun, dengan… Read More