Jakarta – Kinerja PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) sepanjang 2024 mencatatkan laba bersih Rp3,01triliun. Raihan tersebut terkoreksi 14,1 persen year on year (yoy) dari tahun sebelumnya Rp3,50 triliun.
Direktur Utama BTN Nixon L.P Napitupulu menyatakan kinerja yang menurun tersebut disebabkan karena harga bunga yang mahal. Meski begitu, Nixon meyakini bahwa tahun 2025 ini kinerja perseroan akan lebih baik.
“Turun karena harga bunga mahal kemarin kan. Kita realistis aja. Tahun ini ya kita berharap lebih baik,” ujar Nixon kepada wartawan di Kantor Kementerian Keuangan (Kemenkeu) di Jakarta, dikutip, Kamis, 20 Februari 2025.
Baca juga: BI Tambah Insentif KLM, Bos BTN Ungkap Dampaknya ke Perumahan Rakyat
Nixon menyebut bahwa di dalam Rancangan Bisnis Bank (RBB) di tahun 2025, BTN memproyeksikan laba akan tumbuh double digit atau dikisaran 10-15 persen.
“Kalau di RBB kita sih harusnya tumbuh. Tumbuh laba 10-15 persen lah tahun ini,” ungkapnya.
Lebih lanjut, tambahnya, tantangan di tahun ini masih terjadi pada ketatnya likuiditas. Namun, tambahan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) bagi perbankan menjadi 5 persen dari Dana Pihak Ketiga (DPK) yang sebelumnya hanya 4 persen diharapkan dapat membantu perseroan.
“Tantangannya? Ya tadi bunga likuiditas. Tadi kan ada bantuan nih, mudah-mudahan lah. Kita seneng likuiditasnya bisa kebantu,” imbuhnya.
Sebagai informasi, BTN menorehkan laba bersih Rp3,01 triliun sepanjang 2024. Perolehan ini terkoreksi 14,1 persen year on year (yoy), ketimbang tahun sebelumnya sebesar Rp3,50 triliun.
Koreksi laba BTN antara lain disebabkan kenaikan di pos beban. Berdasarkan laporan keuangan publikasi, beban bunga emiten berkode saham BBTN ini melonjak 21,9 persen, dari Rp14,65 triliun menjadi Rp17,84 triliun.
Baca juga: RUPST Bank Mandiri, BRI, BNI, dan BTN Kompak Mundur, Ini Jadwal Terbarunya
Sedangkan pendapatan bunga bersihnya tumbuh 4,5 persen dari Rp28,27 triliun menjadi Rp29,55 triliun. Alhasil, pendapatan bunga bersih BTN terkontraksi 14,1 persen, atau menjadi Rp11,73 triliun dibandingkan Rp13,62 triliun di tahun sebelumnya.
Dari sisi intermediasi, sepanjang 2024, BTN mencatatkan pertumbuhan kredit dan pembiayaan syariah 7,3 persen, dari Rp333,69 triliun menjadi Rp357, 97 triliun. (*)
Editor: Galih Pratama