Jakarta – PT Jasa Armada Indonesia Tbk (IPCM) optimis bakal meraup laba bersih sampai dengan akhir tahun 2019 sebesar Rp93 miliar atau tumbuh sebesar 27 persen dari laba bersih tahun 2018 sebesar Rp73 miliar.
Hal ini terutama didukung dengan berkembangnya layanan ke pelabuhan lain, selain pelabuhan milik PT Pelindo II
(Persero) serta peningkatan efisiensi dan pendapatan lain-lain.
Langkah aksi korporasi tahun 2019 atas hasil kinerja di atas adalah membagikan dividen interim sebesar Rp15,8 miliar yang telah dibagikan ke pemegang saham publik pada tanggal 26 Desember 2019. Jumlah dividen tersebut 32 persen dari laba unaudited Juni 2019.
“Tahun depan, laba bersih diproyeksikan akan meningkat lebih dari 30 persen yang terutama akan diperoleh dari peningkatan volume, perluasan wilayah layanan dan penyesuaian tarif serta pendapatan lainnya serta didukung juga dengan kontrol dan pengendalian biaya yang lebih efektif,” kata Direktur Utama PT JAI Tbk, Chiefy Adi Kusmargono di Jakarta.
Perseroan sendiri saat ini tengah mengkaji pertumbuhan secara non organik sebagai upaya untuk pertumbuhan yang lebih besar.
Langkah strategis perseroan sejak ditetapkannya formasi baru direksi pada RUPSLB pada tanggal 15 Oktober 2019 telah merealisasikan aksi korporasi, antara lain berupa penguatan fundamental pasar eksisting tidak hanya di wilayah operasi pemanduan dan penundaan PT Pelabuhan
Indonesia II (Persero) di 11 wilayah pelabuhan, namun juga di luar wilayah tersebut, misalnya Kanci I dan II Jawa Tengah.
Chiefy mengatakan, disamping penguatan pasar eksisting, pihaknya juga terus berusaha memperluas pasar pemanduan dan penundaan antara lain di wilayah Telok Melano dan Kendawangan Kalimantan Barat, wilayah Marunda DKI Jakarta, wilayah Patimban Jawa Barat, dan wilayah Teluk Semangka Lampung.
“Sedangkan untuk memperkuat armada, proses percepatan penambahan Tugboat sebanyak 4 buah diusahakan selesai pada Bulan Juni 2020, dan dari sisi tarif pelayanan, penyesuaian tarif di wilayah Palembang telah berlaku sejak 1 Nopember 2019, yang disusul dengan penyesuaian tarif di Tanjung Priok yang akan berlaku pada awal tahun 2020,” jelas beliau.
Sementara tahun 2020, perseroan juga akan terus melanjutkan hal-hal yang menjadi komitmen di tahun 2019
dalam melakukan beberapa aksi untuk meningkatkan kinerja perseroan antara lain, transformasi bisnis, dengan fokus pada penguatan pasar yang ada (satisfy and retain) dan memperluas cakupan pasar (attract) baik di wilayah maupun di luar PT Pelabuhan Indonesia II (Persero).
“Di sisi keuangan, transformasi dilakukan melalui fokus meningkatkan profitabilitas, cost effectiveness, mengejar target pertumbuhan laba bersih sebesar 30%YoY,
meningkatkan hubungan kerjasama dengan industri keuangan untuk memenuhi kebutuhan operasional usaha secara umum, diantaranya pengelolaan dana untuk peningkatan pendapatan lain-lain, dan marine value chain financing guna mengurangi average collection period. Untuk tarif, penyesuaian tarif akan dilakukan di wilayah yang belum disesuaikan dalam 2 tahun terakhir ini,” terang Chiefy Adi.
Sedangkan untuk transformasi organisasi, dilakukan melalui optimalisasi kuantitas dan kualitas SDM yang ada dan right sizing, meningkatkan team work, implementasi GCG (Good Corporate Governance), transformasi budaya perusahaan dan implementasi risk culture.
Dalam hal penerapan teknologi informasi, penerapan secara penuh Marine Operating System (MOS) sebagai bagian dari digitalisasi sistem operasi yang dapat mengetahui pergerakan kapal yang linier
terhadap konsumsi bahan bakar dan pendapatan. Sedangkan untuk kesiapan alat produksi, peningkatan kesiapan alat produksi hingga >95% dan pemerataan utilitasnya >70%, dan juga menambah armada 4 ASD Tug Horse Power masing masing tunda 4400 HP dengan Capex sebesar Rp230 Milyar ditahun 2020.
Dalam rangka peningkatan tingkat kesiapan kapal tunda, telah terbangun sistem manajemen perawatan kapal dengan AMOS (Asset Management Operating System). (*)