Fluktuasi Pasar Menguat, BEI Tawarkan Strategi Baru untuk Investor

Fluktuasi Pasar Menguat, BEI Tawarkan Strategi Baru untuk Investor

Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini, 6 Februari 2025, kembali ditutup melemah signifikan sebesar 2,12 persen ke level 6.875,53, setelah dibuka di level 7.024,22.

Pelemahan IHSG tersebut diiringi oleh aksi jual investor asing yang mencatatkan net foreign sell hingga Rp2,37 triliun. Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menjadi yang paling banyak dilepas investor asing, dengan nilai penjualan mencapai Rp1,39 triliun.

Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik, mengungkapkan bahwa saat ini pasar global tengah dilanda ketidakpastian (uncertainty), yang dipicu oleh kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat (AS) terhadap China. Selain itu, dinamika ekonomi dengan negara lain seperti Kanada dan Meksiko turut menjadi faktor utama.

“Kebijakan yang telah diumumkan namun kemudian ditunda menciptakan ketidakpastian yang semakin besar bagi pasar global. Dampaknya tidak hanya terasa di negara-negara besar, tetapi juga memengaruhi stabilitas ekonomi di Indonesia,” ujar Jeffrey dalam keterangannya di Jakarta, Kamis, 6 Februari 2025.

Baca juga: IHSG Ditutup Anjlok 2,12 Persen, Mayoritas Sektor Terkapar

Sehingga, menurutnya, ketidakpastian di pasar global tersebut berdampak kepada nilai tukar mata uang, kebijakan perdagangan, hingga rantai pasok global. Perubahan konstelasi ekonomi ini memberikan tantangan tersendiri bagi pelaku bisnis di Indonesia.

“Dengan adanya ketidakpastian ini, investor harus lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi, terutama dalam menghadapi kemungkinan fluktuasi yang lebih besar di pasar keuangan domestik,” imbuhnya.

Strategi BEI Menghadapi Fluktuasi Pasar

Sebagai respons terhadap kondisi ini, BEI memberikan beberapa langkah yang dapat diambil investor untuk mengantisipasi dampak dari ketidakpastian global.

Meskipun sulit memprediksi perkembangan situasi, investor berpengalaman dapat belajar dari periode ketidakpastian sebelumnya.

“Analisis terhadap kebijakan pemerintah, reaksi negara lain, serta tren historis dapat menjadi panduan dalam mengambil keputusan investasi yang lebih matang,” kata Jeffrey.

Baca juga: Dihukum Pasar! BEI Merah Menyala di Tengah Bursa Regional Hijau

Selain itu, untuk membantu para investor menghadapi pasar yang penuh ketidakpastian, BEI berencana meluncurkan beberapa instrumen keuangan baru, yaitu short selling dan BEI.

Instrumen itu diharapkan dapat memberikan lebih banyak opsi strategi bagi investor, terutama saat pasar mengalami fluktuasi tinggi dalam waktu singkat.

Peluncuran Instrumen Baru Ditargetkan Maret 2025

Saat ini, proses finalisasi izin bagi anggota bursa yang akan menyediakan layanan short selling masih berlangsung. BEI menargetkan peluncuran instrumen ini dalam waktu dekat, kemungkinan sekitar Maret atau awal kuartal II tahun ini.

Dengan adanya strategi baru ini, investor diharapkan dapat lebih optimal dalam mengelola portofolio mereka di tengah kondisi pasar yang dinamis dan penuh tantangan. (*)

Editor: Yulian Saputra

Related Posts

Top News

News Update