Jakarta – Harga CPO berpotensi kembali melemah di awal pekan ini, meski sempat dibuka mebguat di level 2.762 ringgit per ton.
Research Staff & Market Analyst Monex Investindo Futures, Faisyal mengatakan,
sentimen yang membayangi pelemahan CPO adalah pesimisnya data ekspor, serta menguatnya mata uang ringgit Malaysia.
“Jumlah pengiriman minyak sawit dari Malaysia, yang merupakan produsen kedua terbesar setelah Indonesia pun turun sebesar 8.1% pada periode bulanan selama 1-25 Agustus,” kata Faisyal di Jakarta, Senin, 28 Agustus 2017.
Sementara itu, data dari surveyor Kargo Societe Generale de Surveilance juga menunjukkan penurunan yang sama pada data ekspor, dengan penurunan sebesar 8.4% untuk periode yang sama.
Untuk pergerakan ringgit sendiri, pukul 10:29 WIB bergerak di level 4.2640 per dollar, menguat sekitar 0.2%. Ringgit yang menguat akan membuat harga CPO menjadi lebih mahal untuk para pemilik mata uang lainnya.
Ia memperkirakan harga minyak CPO berpotensi bergerak dalam rentang 2.730 – 2.780 ringgit per ton dalam jangka pendek.
“Untuk sisi atasnya, menembus ke atas level 2.780 harga berpeluang untuk naik lebih lanjut menguji resisten selanjutnya di 2.800, dan untuk sisi bawahnya, menembus ke bawah dari level 2.730 harga berpotensi turun lebih lanjut mengincar support kuat di 2.700,” jelasnya. (*)