Jakarta – Penasihat Khusus Presiden Bidang Ekonomi Bambang Brodjonegoro mengakui efisiensi anggaran yang diinstruksikan Presiden Prabowo Subianto dalam Inpres Nomor 1 Tahun 2025 akan berpengaruh terhadap konsumsi pemerintah dan masyarakat.
“Nah tapi kan masalahnya juga, ketika ada budget, ketika ada anggaran, itu juga menjadi salah satu stimulus dari pertumbuhan ekonomi. Dari sisi konsumsi, baik konsumsi pemerintah maupun yang nanti berefek pada konsumsi rumah tangga,” kata Bambang dalam Starting Forum Year 2025: Economic Outlook 2025 yang diselenggarakan Infobank bersama Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) dan Marketing Research Indonesia (MRI), di Hotel Shangri-La, Jakarta, Selasa, 4 Februari 2025.
Bambang pun menyoroti potensi pelemahan pertumbuhan ekonomi di Tanah Air di 2025 yang akan berdampak terhadap daya beli masyarakat. Sebab, faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di 2025 tidak akan sekuat tahun lalu yang tertolong oleh adanya Pemilu dan Pilkada.
Baca juga: Bambang Brodjonegoro Optimis Pertumbuhan Ekonomi RI Tetap di Atas 5 Persen pada 2024
“Dengan pemotongan anggaran besar-besaran ini, maka kalau ingin bicara engine dari pertumbuhan ekonomi 2025 yang tidak lagi bergantung kepada Pemilu,” ungkap mantan menteri keuangan 2014-2016 ini.
Menurutnya, efisensi anggaran tersebut akan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi lewat program-program prioritas Presiden, di antaranya program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan program 3 juta rumah.
Seperti diketahui, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui bahwa pemangkasan anggaran APBN dan APBD 2025 sebesar Rp306,69 triliun dilakukan salah satunya untuk membiayai MBG.
“Maka kemungkinannya adalah keberhasilan dari eksekusi program-program utamanya Pak Prabowo. Terutama dua, yaitu makan bergizi gratis dan program 3 juta rumah yang rencananya akan dilakukan apakah selama 5 tahun atau setiap tahun itu juga masih belum clear,” ungkapnya.
Baca juga: Sederet Sektor Kunci Dorong Ekonomi RI di Tengah Tantangan Global
Bambang pun optimis kedua program tersebut akan memiliki efek multiplier-nya terhadap perekonomian domestik serta pemerataan ekonomi di berbagai wilayah.
“Karena kalau bisa dilakukan tahun ini dengan relatif lebih baik eksekusinya, maka akan mulai muncul multiplier effect, dampak yang ganda yang tidak hanya bisa mendorong menjadi stimulus dari pertumbuhan ekonomi, tapi juga menjadi upaya untuk melakukan pemerataan dari pertumbuhan itu sendiri,” pungkasnya. (*)
Editor: Galih Pratama










