Agar Unit Link Tetap Relevan, Literasi dan Cost Structure Perlu Dibenahi

Agar Unit Link Tetap Relevan, Literasi dan Cost Structure Perlu Dibenahi

Jakarta – Dalam riset yang dilakukan Indonesia Financial Group (IFG) Progress mencatat, struktur biaya atau cost structure dari produk unit link pada perusahaan asuransi jiwa sangatlah tinggi. Hal tersebut seperti diungkapkan Head of Indonesia Financial Group (IFG) Progress, Reza Yamora Siregar.

“Di sini kami melihat, cost structure dari unit link ini memang berat sekali. Karena memang, maaf ya, asuransi jiwa kita ini sangat dependent juga dengan agen. Cost of agent itu sangat mahal. Jadi dari awal sudah mahal sekali struktur biaya mereka,” kata Reza, dalam diskusi Editors Gathering IFG Progress, di Jakarta, Senin, 7 Maret 2022.

Lebih detail, riset tersebut menjabarkan, rata-rata dari 100% premi yang dibayarkan nasabah selama lima tahun pertama akan dialokasikan sekitar 29-41% untuk acquisition cost atau biaya akuisisi, 41-57% untuk cost of insurance, sekitar kurang dari 15% untuk investasi, dan 2-3% untuk biaya adminstrasi. “Untuk mendapatkan keuntungan dari produk unit link itu dibutuhkan komitmen jangka panjang terhadap asuransi unit link,” ujar Reza.

Riset yang dilakukan IFG Progress ini berpatokan pada brosur unit link beberapa perusahaan asuransi jiwa di Indonesia. Selain itu, perhitungannya juga berdasarkan estimasi biaya produk unit link dengan metode front-end load.

Reza mengatakan, rendahnya literasi terkait pemahaman risiko investasi di masyarakat dan tingginya struktur biaya merupakan bottlenecks yang harus ditangani atau dibenahi agar unit link tetap relevan.

Sementara terkait IFG Progress, Wakil Direktur Utama IFG, Hexana Tri Sasongko menjelaskan, sejauh ini IFG Progress telah menghasilkan insert dan kajian progresif, baik terkait dengan makro ekonomi secara umum maupun industri keuangan non bank (IKNB), baik asuransi maupun dana pensiun.

“Ada tiga misi spesifik yang IFG Progress miliki. Pertama, membantu meningkatkan literasi publik di sektor finansial. Kedua, mengidentifikasi tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan sektor finansial Indonesia khususnya NBFI (non bank financial institution). Ketiga, meningkatkan branding dari IFG dan anak usaha IFG,” ujar Hexana. (*) Bagus Kasanjanu

Related Posts

News Update

Top News