Jakarta – Sektor perbankan dan properti diproyeksikan akan mendapat angin segar pada tahun depan sejalan dengan potensi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) pada tahun 2024 mendatang.
Chief Economist PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Winang Budoyo mengatakan, kondisi iklim suku bunga acuan tinggi di berbagai negara diindikasikan sudah mencapai puncaknya. Fed Fund Rate (FFR), lanjutnya, juga dinilai akan mengalami penurunan pada 2024 yang bakal berdampak pada BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) yang ikut turun.
Winang menyebutkan, potensi penurunan suku bunga tersebut akan menjadi angin segar bagi perbankan dan properti. “Menurut riset Housing Finance Center, lembaga riset milik Bank BTN, secara historikal setiap suku bunga acuan turun 25 bps (basis poin) akan menaikkan NIM (Net Interest Margin) Bank BTN sebesar 5-6 bps,” jelas Winang dikutip 18 Desember 2023.
Baca juga: Bos BI Ramal Suku Bunga AS Bakal Turun 50 Bps di 2024
Adanya penurunan suku bunga tersebut, tambah Winang, juga dapat meningkatkan ruang Bank BTN untuk menyalurkan kredit lebih besar pada 2024. Pasalnya, sumber dana menjadi relatif lebih murah. “Manajemen Bank BTN sendiri menargetkan kredit pada 2024 dapat tumbuh di level 10-11% yoy (year-on-year),” kata Winang.
Sementara itu, Chief Economist BRI Danareksa Sekuritas Helmy Kristanto juga memprediksi FFR memiliki peluang untuk turun pada kuartal II/2024. Peluang tersebut diproyeksikan juga akan diikuti Bank Indonesia dengan penurunan BI7DRR pada kuartal III/2024 sebesar 50-75 bps.
Helmy menjelaskan, penurunan suku bunga ini tentunya akan berdampak pada beberapa sektor seperti properti dan perbankan. “Dengan penurunan suku bunga, sektor properti akan tumbuh lebih baik. Sektor perbankan juga terkena dampak positif karena bank dapat mencari sumber dana lebih murah sehingga mencetak laba yang lebih tinggi dibanding pada 2023,” jelas Helmy.
Lebih lanjut, Helmy mengungkapkan ada dampak positif dari titik tertinggi FFR terhadap beberapa instrumen keuangan seperti US Treasury, Obligasi Indonesia 10 Tahun, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan beberapa rentang waktu.
“Yield US Treasury dan Obligasi tenor 10 Tahun Indonesia berkorelasi positif dengan penurunan FFR, secara historikal yield mulai akan menunjukkan penurunan pada range waktu 6 – 9 bulan setelah FFR mencapai puncaknya. Sedangkan untuk IHSG akan mulai rebound dalam jangka waktu paling lama 12 bulan setelah FFR mencapai puncaknya,” ucapnya.
Baca juga: BI Diproyeksi Tahan Suku Bunga Acuan 6 Persen Hingga Paruh Pertama 2024
Adapun, dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada 12-13 Desember 2023, The Fed kembali mempertahankan suku bunga FFR di level 5,25%-5,50%. Pasca FOMC, meski beberapa indikator menunjukkan perlambatan pertumbuhan aktivitas ekonomi, namun inflasi mulai mereda. Sehingga, isyarat pengetatan suku bunga acuan diprediksi sudah berakhir.
The Fed juga merilis Proyeksi Ekonomi baru pasca FOMC Desember yang menunjukkan potensi pemangkasan suku bunga sebesar 75 bps pada 2024, lebih tinggi dari 25 bps di proyeksi sebelumnya. Berdasarkan Fed Fund Futures, pasar mengindikasikan bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunga acuan paling cepat pada Maret 2024 dengan probabilitas hingga 73,10%. (*)