166 Saham Hijau, IHSG Dibuka Menguat ke Posisi 6.464

166 Saham Hijau, IHSG Dibuka Menguat ke Posisi 6.464

Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka naik ke level 6.464,70 dari posisi 6.445,96 atau menguat 0,29 persen pada pembukaan perdagangan pagi ini pukul 9.00 WIB (22/4).

Berdasarkan statistik RTI Business pada perdagangan IHSG hari ini, sebanyak 435,78 juta saham diperdagangkan, dengan frekuensi perpindahan tangan sebanyak 22 ribu kali, serta total nilai transaksi mencapai Rp175,97 miliar. 

Kemudian, tercatat terdapat 86 saham terkoreksi, sebanyak 166 saham menguat dan sebanyak 257 saham tetap tidak berubah.

Baca juga: Segera Umumkan Dividen, Saham Ini Rebound 9 Persen dalam 4 Hari

Sebelumnya, Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, melihat IHSG secara teknikal pada hari ini diprediksi bergerak variatif dalam rentang level 6.340 hingga 6.520. 

“Pada perdagangan kemarin, Senin (21/4) IHSG ditutup naik 0,12 persen atau 7,69 poin ke level 6.445. IHSG hari ini (22/4) diprediksi bergerak mixed dalam range 6.340-6.520,” ucap Ratih dalam risetnya di Jakarta, 22 April 2025.

Ratih menyoroti bahwa IHSG rebound dalam dua hari beruntun, namun dalam fase sideways jangka pendek. Kondisi pelaku pasar yang wait and see tercermin dari terbatasnya jumlah transaksi harian. 

Lalu, investor asing outflow senilai Rp686,59 miliar (21/4), jika diakumulasi sejak awal tahun (ytd) total outflow telah mencapai sebesar Rp50,23 triliun. Senada dengan masifnya outflow, Rupiah JISDOR stagnan di level Rp16.800-an per USD (21/4).

Sentimen dari domestik, BPS melaporkan surplus neraca dagang Indonesia pada Maret 2025 sebesar USD4,33 miliar atau naik dari bulan sebelumnya sebesar USD3,10 miliar, didorong oleh komoditas non migas, seperti bijih logam, terak dan abu, nikel, besi dan baja, serta mesin dan perlengkapan elektronik.

Sementara itu dari mancanegara, bursa Wall Street kompak melemah, dengan indeks NASDAQ turun 2,55 persen dan S&P 500 2,36 persen (21/4).

Keinginan Presiden Trump memaksa Jerome Powell untuk menurunkan suku bunga berdampak pada isu pemberhentian pimpinan The Fed tersebut sebelum masa jabatanya berakhir pada Mei 2026.

Baca juga: Begini Gerak Pasar Obligasi, Saham hingga Nilai Tukar Rupiah dalam Sepekan

Adapun dari Asia, Bank Sentral Tingkok (PBoC) pada April 2025 kembali menahan suku bunga (LPR) tenor 1 tahun dan 5 tahun masing-masing sebesar 3,1 persen dan 3,6 persen. Suku bunga tersebut tetap dalam enam bulan beruntun. 

Adapun, Pemerintah Tiongkok juga dalam kondisi wait and see atas dampak perang tarif Trump sebelum memberikan stimulus lebih lanjut untuk mengatasi deflasi dan menghentikan pendanaan kepada Private Equity (PE) yang berlokasi di AS, seperti Blackstone (NYSE:BX), TPG Inc (NASDAQ:TPG) dan Carlyle Group Inc (NASDAQ: CG). (*)

Editor: Galih Pratama

Related Posts

Top News

News Update