Poin Penting
- Waskita Karya raih kontrak Rp318,54 miliar untuk pengerjaan DI Komering Sub DI Lempuing Fase 3 Paket I di Sumsel seluas 8.500 ha.
- Proyek irigasi milik Kementerian PU ini mendukung swasembada pangan dan ketahanan air–energi, melanjutkan pekerjaan sebelumnya seluas 5.000 ha.
- Lingkup kerja mencakup rehabilitasi bendung dan saluran, dengan manfaat peningkatan produktivitas pertanian, kesejahteraan petani, serta pertumbuhan ekonomi lokal.
Jakarta – PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) kembali meraih kontrak baru berupa pengerjaan Daerah Irigasi (DI) Komering Sub DI Lempuing Fase 3 Paket I di Sumatera Selatan (Sumsel) senilai Rp318,54 miliar.
Direktur Operasi II WSKT, Dhetik Ariyanto menjelaskan, Perseroan akan mengerjakan luas sebesar 8.500 Ha yang merupakan proyek milik Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dan tentunya akan mendukung sasaran swasembada pangan pemerintah.
Sebelumnya, DI Komering Sub DI Lempuing seluas 5.000 hektare (ha) telah dikerjakan pada 2012 hingga 2016, sehingga total luas proyek tersebut telah mencapai 13.500 ha.
“Waskita Karya merasa bangga, karena bisa kembali mengerjakan proyek irigasi yang tidak hanya mendukung ketahanan pangan, tapi juga energi dan air,” ucap Dhetik dalam keterangan resmi dikutip, 8 Oktober 2025.
Baca juga: Waskita Garap Proyek Kedutaan Besar India Senilai Rp334,2 Miliar, Progres Capai 48 Persen
Dhetik menjelaskan, lingkup kerja WSKT mencakup pekerjaan rehabilitasi dan peningkatan Bendung Perjaya, saluran primer, serta saluran sekunder Lempuing. Kemudian, konstruksi baru sistem saluran sekunder Lempuing dan saluran sekunder Lempuing Blok G dan H beserta saluran pembuangnya.
Jika sudah berfungsi, lanjutnya, produktivitas pertanian pun dipastikan meningkat, karena memungkinkan petani untuk memanen tanaman secara teratur, bahkan pada musim kemarau.
“Keberadaan daerah irigasi ini bertujuan untuk mewujudkan pembangunan pertanian secara berkelanjutan. Di antaranya melalui penyediaan lahan pertanian, fasilitas irigasi, dan drainase yang memadai melalui pasokan air sepanjang tahun,” imbuhnya.
Baca juga: Kucuran Rp200 Triliun Tanpa Konsep; Saatnya Proyek Inti Rakyat
Sistem integrasi ini juga turut mengurangi dampak negatif kekeringan seperti gagal panen, kelaparan, hingga kemiskinan di kalangan petani.
“Jika hasil panen naik, kesejahteraan petani otomatis ikut naik. Tidak hanya menambah pendapatan, nilai properti pertanian mereka juga akan meningkat, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal,” tutupnya. (*)
Editor: Galih Pratama









