Jakarta – Wakil Presiden (wapres) Jusuf Kalla (JK) mengaku banyak tantangan yang dihadapi oleh perekonomian Indonesia tahun 2018 mendatang. Wapres mengatakan, terdapat tiga kelompok tantangan utama dalam perekonomian Indonesia yaitu pembenahan birokrasi, pola konsumsi masyarakat yang berubah, serta gejolak ekonomi global.
“Tantangan kedepan tentu banyak. Pertama ialah birokrasi yang dianggap lambat, takut mengambil keputusan dan penyelesaian di daerah yang juga sulit karena lahan,” ungkap Jusuf Kalla pada acara Diskusi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dengan tema Prospek Ekonomi Indonesia 2018 di Hotel Aryaduta, Jakarta, Kamis 2 November 2017.
JK menambahkan, pihaknya di pemerintahan kedepan akan membenahi regulasi yang ada guna membantu para pelaku usaha dan investor untuk mengurus perizinan usahanya.
Selain itu, pada tantangan kedua, wapres menambahkan, adanya pola konsumsi masyarakat yang berubah dari konvensional ke online dirasa dapat mempengaruhi perekonomian kedepan. Ditambah beberapa waktu lalu beberapa ritel menutup gerai usahanya.
“Apakah daya kita beli turun, semua menganalisa berbagai alasan. Ada alasan bahwa orang berpindah cara dari membeli di mal atau di toko ke online, itu ada pengaruhnya pasti. Tapi ada pengaruh juga pola konsumsi yang berbeda. Dulu sebagian kalau makan di restoran, sekarang orang berbeda,” lanjut Jusuf Kalla.
Serta tantangan yang terakhir Wapres menilai, gejolak perekonomian dan politik global juga dapat berpengaruh kepada kondisi ekonomi nasional tahun 2018. Namun dirinya tetap optimis dapat melewati tahun ini dan tahun depan dengan pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
“Akhir tahun 2017 dan awal tahun 2018 sekarang situasinya jauh lebih baik. Walaupun dunia punya banyak masalah seperti di Timur Tengah, Korea Utara , secara umum baik dari sisi ekonomi, tapi tetap perlu diwaspadai,” kata Jusuf Kalla.