Sejumlah negara Asia Timur yang terimbas melemahnya harga komoditas perekonomiannya diperdiksi masih akan melambat. Salah satunya adalah Indonesia. Apriyani Kurniasih.
Jakarta—Asia timur masih menjadi mesin pertumbuhan ekonomi dunia ditengah melambatnya ekonomi global. Berdasarkan laporan terbaru Bank Dunia, kawasan ini berkontribusi hampir dua perlima dari pertumbuhan ekonomi dunia.
Tak dimungkiri, ketidakpastian yang memicu perlambatan global turut berimbas ke kawasan ini. Ditambah lagi, adanya tekanan terhadap harga komoditas. Indonesia, Malaysia dan Mongolia yang terimbas melemahnya harga komoditas akan mengalami pertumbuhan yang melambat. Akibatnya, pendapatan negara ketiganya ikut melemah.
Namun, tak semua negara mengalami tekanan komdoitas. Negara-neara importir komoditas misalnya, pertumbuhan ekonominya diperkirakan akan cenderung lebih stabil. Sebut saja Vietnam. Bank Dunia memprediksi, pertumbuhan ekonomi negara ini akan mencapai 6,2% pada 2015 dan 6,3% pada 2016.
Selain karena melemahnya harga komditas, sejumlah negara pertumbuhannnya melemah dikarenakan adanya bencana. Kamboja misalnya, negara ini mencatatkan penurunan hasil panen yang kemudian berdampak negatif terhadap perkonomiannya. Sementara Myanmar, pertumbuhannya melambat karena adanya musibah banjir. Bank dunia memperkirakan, pertuimbuhan wekonomi Kamboja akan berada di level 6,9%. Sementara Myanmar pertumbuhannya melemah dari 8,5% di 2014 menjadi 6,5%.
Kendati demikian, bank Dunia menilai bahwa pertumbuhanm negara-negara berkembang Asia Timur dan Pasifik diperkirakan akan tetap solid.
Axel van Trotsenburg, Wakil Predisen Ban Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik juga melihat adanya tren pelambatan oleh para pembuat kebijakan. Ia pun berharap, para pembuat kebijakan dapat tetap fokus pada reformasi struktural yang berdasarkan pembangunan yang berkelanjutan, jangka panjang dan inklusif. Reformasi yang diperlukan termasuk perbaikan kebijakan pada keuangan ketenagakerjaan dan pasar produk, seperti halnya perbaikan transparansi dan akuntabilitas. “Kebijakan-kebijakan ini akan meyakinkan investor dan pasar, dan membantu mempertahankan pertumbuhan yang dapat mempercepat pengentasan dari kemiskinan,” ujar Axel
Axel menambahkan, dalam menghadapi kemungkinan tantangan tersebut, ada dua hal yang perlu menjadi prioritas di seluruh kawasan, yakni pertama, manajemen makroekonomi yang baik demi melindungi kelemahan-kelemahan eksternal dan fiskal. Dan kedua, reformasi struktural yang lebih mendalam dan berfokus pada upaya menarik investasi swasta.