Perjanlanan karinya di KPK akan memasuki usia sepuluh tahun. Namanaya begitu melekat dengan nama KPK, terutama ketika ia menjabat sebagai juru bicara institusi ini. Seberapa pantaskan sosok Johan Budi menduduki kursi Ketua KPK? Rezkiana Nisaputra
Jakarta–Kursi calon pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tengah diperebutkan oleh 10 kandidat. Salah satunya adalah Johan Budi Sapto Prabowo atau lebih dikenal dengan nama Johan Budi. Johan Budi merupakan sosok yang sudah tidak asing lagi di KPK. Ia memulai karirnya di KPK sejak 2006. Artinya, sudah hampir 10 tahun ia berkiprah di lembaga independent tersebut. Lalu, seberapa pantaskan pria berkaca mata ini menduduki kursi pemimpin KPK menggantikan Taufiequrachman Ruki.
Johan sendiri sudah menjalani uji kelayakan dan kepatutan calon pimpinan KPK di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) pada Senin, 14 Desember 2015. Selain Johan, ada sembilan kandidat lain yang mengikuti uji kelayakan, yaitu Saut Situmorang, Alexander Marwata, Basaria Panjaitan, Agus Rahardjo, Sujanarko, Surya Tjandra, dan Laode Muhammad Syarif. Dua nama lain, yakni Busyro Muqoddas dan Robby Arya Brata, telah diseleksi pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.
Dari sepuluh calon itu, Komisi Hukum DPR akan memilih lima calon yang akan ditentukan pada hari Kamis, 17 Desember 2015. Keputusan hasil seleksi calon pemimpin KPK ini mundur satu hari dari jadwal seharusnya, yakni Rabu, 16 Desember 2015.
Saat disinggung tentang peluang terpilih kembali menjadi komisioner KPK oleh DPR, Johan mengaku pasrah. “Kalau memang diberikan amanah, tentu saya akan jalankan,” ucapnya.
Johan berpendapat, ke depan KPK harus fokus pada penindakan dan pencegahan korupsi dalam hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan nasional, yakni pendapatan dan pengeluaran negara, sumber daya alam, hingga yang berkaitan dengan masyarakat banyak, seperti pendidikan dan kesehatan.
Johan menegaskan, dia tidak bernafsu terhadap harta dan kekuasan ketika mendaftarkan diri sebagai calon komisioner KPK. Menurutnya, profesi tersebut dipilih karena dia mengaku memiliki keahlian di bidang itu. “Saya tidak maruk harta, tidak bernafsu pada kekuasaan, tidak berpose dengan wanita, dan keinginan-keinginan lain, menurut saya, saya sudah selesai dengan hal itu,” ujarnya.
Langkahnya untuk mendaftarkan diri sebagai calon pemimpin KPK tidak selalu dilandasi kekuasaan. Saat ini, Johan mengaku tak sedang mencari pekerjaan. Hal ini sejalan dengan kebutuhan yang sampai sekarang ini masih tercukupi. “Istri saya kerja, gaji saya menurut saya besar. Saya bisa membiayai anak sekolah, saya punya rumah dan mobil. Saya sudah selesai dan tidak bernafsu pada kekuasaan,” papar dia.
Jika nantinya tidak terpilih, Johan mengaku akan kembali menggeluti dunia tulis menulis. Namun, meski berencana kembali menjadi penulis, Johan yang sebelumnya pernah menjadi wartawan Tempo ini mengaku enggan kembali untuk menggeluti dunia jurnalis.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi Hukum Benny Karman mengatakan, ada kemungkinan Komisi Hukum tak memilih lima pemimpin dari sepuluh calon seperti seharusnya. “Tapi bisa lima dari sepuluh, bisa kurang dari lima, bisa tak ada sama sekali yang dipilih,” tukasnya.
Walau begitu, dirinya meyakinkan sejauh ini calon yang menjalani tes lebih baik daripada calon-calon tahun sebelumnya. Namun dia mengungkapkan calon-calon ini masih berkutat dalam ranah teori saja, belum ke ranah praktek riil. “Saya rasa bagus-bagus (calonnya), kualitasnya lebih bagus daripada capim KPK periode ketiga,” tambah Benny.
Sebelumnya para calon pemimpin KPK menjalani tes uji pembuatan makalah. Dari sepuluh calon, lima orang akan dipilih menjadi pemimpin KPK periode 2015-2019 untuk menggantikan Ketua KPK Taufiequrachman Ruki dan kawan-kawan. Nah, tinggal kita tunggu saja, siapakah dari 10 kandidat ini yang bakal terpilih untuk mendudukui kursi pimpinan KPK. Apakah Johan Budi yang sudah lama berkecimpung di KPK, atau kandidat lainnya? (*)