Poin Penting
- Survei Mercer memproyeksikan kenaikan gaji 5,8% pada 2026, lebih rendah dibandingkan estimasi 6,3% pada 2025.
- Seluruh perusahaan (100%) tetap berencana menaikkan gaji, dengan faktor penentu utama kinerja individu, rentang gaji, dan kinerja perusahaan.
- Industri kimia paling optimistis, sementara bonus dan ekspansi tenaga kerja cenderung melambat, disertai tantangan retensi di beberapa sektor.
Jakarta – Mercer, pemimpin global dalam mendefinisikan ulang dunia kerja, membentuk kembali hasil pensiun dan investasi, serta membuka potensi kesehatan dan kesejahteraan berkelanjutan, yang merupakan bagian dari Marsh McLennan (NYSE: MMC), mengungkapkan bahwa rata-rata gaji karyawan di Indonesia diperkirakan meningkat sebesar 5,8 persen pada 2026. Angka ini lebih rendah dibandingkan estimasi kenaikan 6,3 persen pada 2025.
Total Remuneration Survey Mercer 2025 menganalisis tren dan kebijakan remunerasi di lebih dari 7.000 jabatan pada 588 perusahaan di Indonesia.
Hasil survei menunjukkan bahwa meskipun laju kenaikan gaji diperkirakan melambat, 100 persen perusahaan yang disurvei tetap berencana memberikan kenaikan gaji pada 2026, sama seperti pada 2025.
Faktor utama yang memengaruhi kenaikan gaji pada 2026 meliputi kinerja individu, rentang gaji, dan kinerja perusahaan.
Baca juga: Bagai Bumi dan Langit, Segini Perbandingan Gaji Guru RI dengan Negara Tetangga
Dari sisi sektoral, industri kimia memproyeksikan kenaikan gaji paling optimistis pada 2026, dengan estimasi 6,2 persen, mencerminkan kepercayaan yang kuat terhadap investasi talenta.
Sebaliknya, industri otomotif memperkirakan kenaikan yang lebih moderat sebesar 4,9 persen, lebih rendah dibandingkan sektor lainnya. Perbedaan ini menegaskan beragamnya pendekatan industri dalam menyusun strategi kompensasi.
Bonus Karyawan
Survei juga menunjukkan realisasi pembayaran bonus pada 2025 diperkirakan sedikit di bawah ekspektasi, dengan rata-rata 16,6 persen dari gaji pokok tahunan, dibandingkan ekspektasi 17,5 persen pada 2024.
Tingkat pengunduran diri sukarela (voluntary turnover) diperkirakan tetap stabil di 5,2 persen pada 2025, relatif konsisten dengan 5,1 persen pada 2023 dan 2024.
Namun, pengunduran diri non-sukarela diperkirakan meningkat, terutama di sektor teknologi tinggi, pertambangan, dan kontraktor pertambangan.
Baca juga: Gaji Petugas Program Makan Bergizi Gratis Terlambat, BGN Buka Suara
Selain itu, rencana ekspansi tenaga kerja juga melambat. Hanya sekitar 20 persen perusahaan yang berencana menambah karyawan pada 2026, turun dari 25 persen pada perkiraan tahun sebelumnya.
Tantangan Strategi Kompensasi
Associate Director & Career Products Leader, Mercer Indonesia, Yosef Budiman mengatakan, dengan perbedaan anggaran gaji di berbagai sektor, pendekatan kompensasi perlu disesuaikan dengan kondisi unik masing-masing perusahaan.
“Meskipun pengunduran diri sukarela tetap stabil, peningkatan pengunduran diri non-sukarela, terutama di sektor teknologi tinggi dan pertambangan, serta perlambatan rencana perekrutan, menuntut perusahaan untuk mengelola strategi penghargaan dan retensi secara lebih terarah di tengah pasar talenta yang kompetitif,” ujarnya.
Baca juga: Gubernur Pramono Anung Pastikan UMP DKI 2026 Naik, Target Rampung Hari Ini
Memasuki 2026, para pemimpin HR dihadapkan pada tantangan mendorong produktivitas di tengah anggaran yang semakin ketat, sembari tetap memenuhi aspirasi pertumbuhan perusahaan.
Kondisi itu menuntut fokus pada peningkatan keterampilan (upskilling), pelatihan ulang (reskilling), menjaga kompensasi yang adil, meningkatkan kesehatan organisasi, serta membangun budaya digital yang selaras dengan tren talenta global.
Presiden Direktur Mercer Indonesia, Isdar Marwan menambahkan, temuan tersebut menunjukkan bahwa perusahaan di Indonesia harus mengelola ambisi pertumbuhan secara lebih strategis di tengah ketidakpastian ekonomi dan tekanan biaya yang meningkat.
“Dengan anggaran yang lebih ketat, pemimpin HR dan bisnis perlu memprioritaskan produktivitas melalui peningkatan keterampilan dan pelatihan ulang, memperkuat kapabilitas digital, dan berinvestasi pada kesehatan karyawan sebagai pembeda jangka panjang,” katanya.
“Prioritas ini sejalan dengan Global Talent Trends yang kami amati. Mercer tetap berkomitmen untuk membantu perusahaan merancang strategi talenta dan penghargaan yang adaptif dan siap menghadapi masa depan,” pungkasnya. (*)










