Jakarta - Dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global dan pelemahan daya beli domestik, Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) mendorong penguatan strategi sektor perbankan guna menjaga ketahanan dan mendukung transformasi ekonomi nasional.
Melalui kajian Perbanas Review of Indonesia’s Mid-Year Economy (PRIME) 2025, lembaga ini menekankan pentingnya respons yang adaptif terhadap tekanan eksternal, pelemahan daya beli, dan perlunya kebijakan berbasis data untuk mendorong pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan.
Kajian tersebut dipaparkan dalam seminar bertajuk “Navigating Economic Headwinds: Responding to Weakening Consumption”, yang dibuka oleh Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, dan Ketua Umum Perbanas 2024-2028, Hery Gunardi.
Pemaparan lanjutan disampaikan oleh Ketua Bidang Kajian dan Riset Ekonomi dan Perbankan Perbanas, Aviliani, bersama Chief Economist Perbanas, Dzulfian Syafrian.
Baca juga: Meski Pertumbuhan Melambat, OJK Tegaskan Tak Revisi Target Kredit Perbankan 2025
Perbanas mencatat bahwa perekonomian Indonesia sedang menghadapi tekanan ganda--dari risiko eksternal yang meningkat akibat konflik geopolitik, perlambatan ekonomi Tiongkok, dan tensi dagang Amerika Serikat, serta tekanan domestik akibat konsumsi masyarakat yang melemah pasca pemilu.
Secara khusus, konsumsi dari kelompok kelas menengah atas (Top 30 persen) mengalami penurunan, yang berdampak langsung terhadap aktivitas ekonomi lintas sektor.
Akibatnya, permintaan kredit dan pertumbuhan simpanan juga melambat, di tengah meningkatnya biaya dana dan prospek ekspansi kredit yang menantang.
Namun demikian, Indonesia masih dinilai lebih tangguh dibanding banyak negara lain. Sektor perbankan tetap memegang peran penting dalam menopang perekonomian nasional.
Dalam menghadapi situasi tersebut, para bank anggota Perbanas telah menyiapkan berbagai strategi yang responsif dan adaptif terhadap dinamika ekonomi, mengelola likuiditas dengan cermat, serta terus memperkuat peran perbankan sebagai penggerak utama ekonomi nasional.
“Di tengah dinamika global dan nasional yang kompleks, perbankan Indonesia harus memainkan peran strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan serta menyukseskan berbagai program prioritas Pemerintah. Fokus kita harus pada mendorong sektor produktif dan padat karya agar dapat mendukung transformasi ekonomi, sambil menjaga stabilitas sistem keuangan dan likuiditas yang sehat,” imbau Ketua Umum Perbanas, Hery Gunardi.
Baca juga: Ekonomi Digital Ditargetkan Sumbang 10 Persen PDB di 2025
Poin Penting RBC dan RKI TUGU melampaui industri, masing-masing di 360,9% dan 272,6%, menunjukkan kesehatan… Read More
Poin Penting Pembiayaan perbankan syariah diproyeksi tumbuh dua digit pada 2025–2026, masing-masing menjadi Rp709,6 triliun… Read More
Poin Penting IHSG dibuka menguat 0,27% ke level 8.663, dengan mayoritas saham berada di zona… Read More
Poin Penting Harga emas Galeri24 dan UBS kompak turun Rp8.000 per gram, melanjutkan tren penurunan… Read More
Poin Penting IHSG diprediksi melemah terbatas pada 5 Desember 2025 untuk menguji area 8.567–8.586, dengan… Read More
Ponorogo - Sebagai negara Muslim terbesar di dunia dengan populasi umat Islam yang mencapai 87,2… Read More