Moneter dan Fiskal

Sri Mulyani Jelaskan Alasan Defisit APBN Rp104,2 Triliun Tak Mengkhawatirkan

Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp104,2 triliun hingga Maret 2025 bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan.

Sri Mulyani menjelaskan defisit APBN yang setara 0,43 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) tersebut masih berada dalam kerangka desain awal yang telah disepakati oleh DPR dan tertuang dalam Undang-Undang.

Lebih lanjut, Menkeu menambahkan, APBN telah dirancang dengan defisit sebesar Rp616,2 triliun, atau 2,53 persen dari PDB.

“APBN (2025) kita didesain dengan defisit Rp616,2 triliun, itu artinya 2,53 persen dari PDB, defisit 0,43 persen atau Rp104,2 triliun bukan hal yangg menimbulkan kekhawatiran karena masih di dalam desain APBN awal,” ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita, Rabu, 30 April 2025.

Baca juga: APBN Defisit Rp104,2 Triliun di Tiga Bulan Pertama 2025

Kemudian, dari sisi keseimbangan primer, APBN mengalami surplus sebesar Rp17,5 triliun atau 27,7 persen dari target APBN 2025 yang defisit sebesar Rp63,3 triliun.

“APBN 2025 di desain melalui UU No.62 tahun 2024 di desain dengan keseimbangan primer negatif Rp63,3 triliun. Jadi kalau ini masih positif ini hal yang bagus, tapi kalau lihat defisit nanti jangan panik,” ungkapnya.

Belanja Lebih Besar dari Pendapatan, Pemerintah Tarik Utang

Defisit APBN hingga Maret 2025 disebabkan oleh penerimaan negara yang lebih rendah dibandingkan belanja negara. Realisasi belanja negara mencapai Rp620,3 triliun, sementara pendapatan negara hanya sebesar Rp516,1 triliun. Hal ini menciptakan gap anggaran yang cukup besar.

Baca juga: APBN Hanya Sanggup Danai 12,3 Persen Kebutuhan Iklim, Pemerintah Akui Fiskal Terbatas

Pendapatan negara terdiri dari penerimaan pajak senilai Rp322,6 triliun atau 14,7 persen dari target APBN 2025 dan pendapatan dari kepabeanan dan cukai senilai Rp77,5 triliun atau 25,7 persen dari target. Lalu, untuk penerimaan negara bukan pajak (PNBP) telah mencapai Rp115,9 triliun atau 22,6 persen dari target APBN.

Sementara, belanja negara yang terdiri dari belanja pemerintah pusat sebesar Rp413,2 triliun, termasuk di dalamnya, yakni belanja kementerian/lembaga (K/L) senilai 196,1 triliun dan belanja non K/L sebesar Rp217,1 triliun.

Baca juga: Sri Mulyani Ungkap RI Bakal Tingkatkan Impor Minyak hingga Produk Pertanian dari AS

Selanjutnya, belanja negara untuk transfer ke daerah (TKD) disalurkan sebesar Rp207,1 triliun atau 22,5 persen dari target APBN 2025.

Sehingga, untuk menutup gap tersebut pemerintah melakukan penarikan utang baru mencapai Rp250 triliun hingga Maret 2025 atau 40,6 persen dari target Rp616,2 triliun. (*)

Editor: Yulian Saputra

Irawati

Recent Posts

IHSG Berpotensi Sideways, Ini Katalis Penggeraknya

Poin Penting IHSG berpotensi sideways di kisaran 8.500–8.680 menjelang libur Natal Saham properti koreksi, sektor… Read More

1 hour ago

Genjot Pertumbuhan Kredit Pensiun, Bank Capital Gandeng BCA Digital

Poin Penting Bank Capital menggandeng BCA Digital untuk mengembangkan dan menyalurkan kredit ke segmen pensiunan.… Read More

12 hours ago

Pengacara Babay Parid Wazdi Tegaskan Dakwaan JPU Kabur dan Salah Orang

Poin Penting Kuasa hukum Babay Parid Wazdi menyatakan dakwaan JPU terkait kredit Sritex kabur dan… Read More

13 hours ago

Arief Mulyadi Leader Bertangan Dingin PNM Sabet CEO of The Year 2025 Infobank

Poin Penting Arief Mulyadi, Direktur Utama PNM Cetak Prestasi Besar! Dinobatkan CEO The Year 2025… Read More

13 hours ago

Kredit Sritex, Babay Parid Wazdi Tegaskan Tidak Terlibat Rekayasa

Poin Penting Babay Parid Wazdi tegaskan tidak terlibat rekayasa kredit atau manipulasi laporan keuangan Sritex.… Read More

13 hours ago

Dirut Bank Kaltimtara Muhammad Yamin Dinobatkan TOP CEO 2025 Versi Infobank

Poin Penting Muhammad Yamin raih penghargaan Top CEO Infobank 2025 menandakan keberhasilannya memimpin transformasi bisnis… Read More

14 hours ago