Jakarta – Nama Wilmar Group tengah menjadi perbincangan publik usai mencuatnya kasus dugaan korupsi pemberian fasilitas ekspor CPO dan produk turunannya di industri kelapa sawit pada 2022.
Kejaksaan Agung (Kejagung) telah menyita dana sebesar Rp11,8 triliun dari lima perusahaan di bawah naungan Wilmar Group, yang dikembalikan sebagai bentuk jaminan atas perkara hukum tersebut.
Kelima perusahaan tersebut adalah PT Multimas Nabati Asahan, PT Multimas Nabati Sulawesi, PT Sinar Alam Permai, PT Wilmar Bioenergi Indonesia, dan PT Wilmar Nabati Indonesia.
Baca juga: Bos Sritex Iwan Lukminto Ditangkap Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Kredit Bank
Lalu, seperti apa sepak terjang Wilmar Group di Tanah Air?
Profil Wilmar Group
Dilansir dari laman Wilmar International, Wilmar Group merupakan perusahaan multinasional yang bergerak di sektor agribisnis dan minyak sawit. Perusahaan ini didirikan oleh dua pengusaha besar pada 1991, yakni Kuok Khoon Hong dan Martua Sitorus.
Bisnis Wilmar Group mencakup perkebunan kelapa sawit, pengolahan biji minyak, pemurnian minyak goreng, sampai produksi makanan siap saji.
Perusahaan pertama mereka yang dibentuk adalah Wilmar Trading Pte Ltd, yang kala itu hanya memiliki 5 karyawan dan modal disetor sebesar 100.000 dolar Singapura.
Tak berapa lama, Wilmar lantas mendirikan sebuah perkebunan kelapa sawit pertamanya di Sumatera Barat seluas 7.000 hektare melalui PT Agra Masang Perkasa (AMP).
Ekspansi kilang dan akuisisi pabrik juga terus dilakukan perseroan di berbagai daerah seperti Sumatera Utara, Riau, dan Sumatera Selatan
Pada awal 2000, Wilmar mulai memasarkan minyak goreng dengan merek sendiri, seperti Sania. Kemudian, pada 2005, perusahaan mengakuisisi PT Cahaya Kalbar Tbk, produsen lemak dan minyak khusus untuk industri makanan.
Wilmar terus mengambangkan sayap bisnisnya. Pada 14 Juni 2006, Wilmar Trading Pte Ltd berganti nama menjadi Wilmar International Limited dan berhasil melantai kembali di Bursa Singapura pada 8 Agustus 2006 usai melakukan penempatan ekuitas pada 0,80 dolar Singapura per saham, yang menghasilkan sekitar 180 juta dolar AS.
Baca juga: KPK Ungkap Kredit Macet Anggota DPRD di BPD Capai Rp20,8 M, Potensi Korupsi Mengintai
Saat ini, Wilmar Group menjadi salah satu pemain utama dalam industri kelapa sawit global. Per 31 Desember 2020, perseroan memiliki total lahan tanam mencapai 232.053 hektare.
Sekira 65 persen lahan perkebunannya berada di Indonesia, yang tersebar di Sumatera, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah. Sedangkan sisanya ada di Malaysia, Uganda, dan Afrika Barat.
Selain sebagai produsen minyak nabati kemasan terbesar di dunia, Wilmar Group memproduksi minyak merek Fortune, Siip, dan Sovia, serta menjadi salah satu pemain pupuk terbesar di Indonesia, dengan kapasitas produksi 1,2 juta metrik per tahun. (*)
Editor: Galih Pratama