Jakarta — Kondisi pandemi Covid-19 yang membuat roda perekonomian macet dengan diberlakukannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tidak bisa dimungkiri memukul usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) paling telak.
Namun demikian, kondisi yang menyebabkan krisis ekonomi dengan pertumbuhan negatif ini mendorong UMKM bertahan secara digital.
Benar saja, kondisi di mana UMKM tidak bisa menjajakan dagangannya secara langsung, membuat para pelaku segmen usaha ini membidik platform digital untuk tetap produktif. Sejalan dengan itu dan pemberlakukan PSBB, tren konsumen pun berubah ke arah online. Kementerian Kopersi dan UKM mencatat ada kenaikan belanja online sampai 26% secara setahunan pada kuartal dua 2020.
“Jadi kita dorong juga mereka beradaptasi ke market (online) yang sedang tumbuh,” ujar Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki dalam talkshow yang digelar Satgas Covid-19 di Jakarta, Senin (26/10/2020).
Dia mengatakan, bahwa kenaikan transaksi belanja online yang menunjukkan tren baru ini membuat jumlah UMKM go digital naik cukup signifikan. Teten menyebut, jumlahnya sudah ada 10,25 juta UMKM yang sudah terhubung dengan platform digital atau marketplace. Secara populasi sudah mencapai 16% dari total UMKM di Tanah Air yang sebanyak 64 juta pelaku.
“Padahal target kita akhir tahun 2020 (UMKM) itu 10 juta. Jadi saat ini sudah tercapai. Jadi selama pandemi itu meningkat,” tukas Teten.
Digitalisasi UMKM ini menjadi pogram penting dari Kementerian Koperasi dan UKM karena selaras dengan tren baru lahir di masyarakat yang menginginkan transaksi lebih aman dari paparan Virus Corona Baru. (*)