Saham Bank Jumbo “Babak Belur”, OJK Bilang Begini

Saham Bank Jumbo “Babak Belur”, OJK Bilang Begini

Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat jatuh ke level 5.912,06 dari level 6.510,62 atau merosot 9,19 persen pada perdagangan Selasa, 8 April 2025, sehingga dilakukan penghentian sementara (trading halt).

Saham-saham perbankan jumbo atau bluechip yang masuk ke dalam sektor keuangan pun tidak luput dari pergerakan yang melemah pada perdagangan Selasa (8/4). Ini terlihat dari harga saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) ambles ke level Rp7.500 atau turun 12,94 persen.

Lalu, saham bank-bank pelat merah, turun tajam sekitar 10-14 persen, dengan harga saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) merosot 14,56 persen ke posisi Rp3.460 per saham, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) turun 13,46 persen ke level Rp4.500 per saham.

Baca juga: Dana Asing Kabur Rp3,69 T Saat IHSG Longsor, 5 Saham Ini Paling Banyak Dilego

Kemudian, harga saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) melemah 13,21 persen ke posisi Rp3.680 per saham dan saham PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) merosot sebanyak 10,73 persen ke level Rp790 per saham.

Melihat keadaan tersebut, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae, mengatakan bahwa melemahnya saham-saham emiten perbankan tersebut ditopang oleh persepsi investor terhadap sentimen global, seperti kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

Namun, dari sisi fundamental emiten-emiten perbankan tersebut saat ini masih sangat baik dan tidak terjadi permasalahan yang serius di sisi fundamental kinerja keuangan perbankan.

“Nah yang jadi persoalan adalah masalah yang dalam konteks persepsi global dan domestik saat ini. Jadi kalau misalnya dilihat apakah ada persoalan fundamentalnya, yang paling penting buat kita di bank BUMN atau di bank-bank lain, enggak ada itu,” ucap Dian kepada media dikutip, 9 April 2025.

Menurutnya, tren pelemahan yang terjadi saat ini dapat diatasi setelah adanya kepastian kebijakan tarif oleh Donald Trump. Jika hal itu terjadi maka permasalahan yang saat ini menjadi sentimen negatif terhadap pasar modal lambat laun akan hilang dan kepercayaan masyarakat akan semakin kuat.

“Tentu saja nanti kita juga melihat growth ekonomi juga, tadi Menteri Keuangan sudah menegaskan, fiskal kita masih sangat kuat, program pemerintah masih dimasukkan ke dalam disiplin fiskal, artinya disiplin fiskal kita pun masih merupakan kekuatan. Ini kalau persepsi-persepsi negatif itu satu-satu di pasar modal itu berkurang, tentu ini saham akan normal dengan secepatnya,” imbuhnya.

Baca juga: Begini Gerak Saham Perbankan usai IHSG Anjlok dan Trading Halt

Adapun, upaya OJK untuk mengendalikan sentimen negatif itu melalui pemberlakuan kebijakan-kebijakan baru di masing-masing sektor, salah satunya terkait dengan deregulasi.

“Deregulasi dalam segala hal, itu kan penyederhanan prosedur, perizinan, segala macam pengutuhan liar, penyelundupan, segala macam itu kemudian kalau itu bisa diatasi, nah ini akan confidence, masyarakat akan sangat confidence gitu,” tutup Dian. (*)

Editor: Galih Pratama

Related Posts

Top News

News Update