Jakarta – Nilai tukar rupiah diproyeksikan akan melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), dipengaruhi oleh sikap Presiden Donald Trump yang mulai melunak terhadap China dalam isu perang tarif.
Pengamat pasar uang sekaligus Presiden Direktur Doo Financial Futures, Ariston Tjendra mengatakan, meski data klaim tunjangan pengangguran AS lebih tinggi dari minggu sebelumnya atau sesuai proyeksi, hal itu tidak menahan penguatan dolar AS yang kembali terjadi pada pagi ini.
Selain itu, Trump mulai melunak terhadap kebijakan tarifnya kepada China yang memberikan sentimen positif ke pasar keuangan.
“Dan saat ini reaksinya penguatan dolar AS karena tingkat konsumsi di AS akan terbantu bila tarif impor tidak tinggi. AS banyak mengonsumsi barang impor,” ujar Ariston, Jumat, 25 April 2025.
Baca juga: IHSG Hijau Lagi, Analis Prediksi Penguatan Terbatas di Kisaran 6.540–6.750
Di sisi lain, nilai tukar mata uang regional juga mengalami pelemahan terhadap dolar AS akibat penguatan mata uang tersebut. Menurut Ariston, kekhawatiran terhadap kebijakan tarif masih membayangi pelaku pasar.
“Rupiah kemarin tidak menguat di mana sebagian nilai tukar regional menguat terhadap dolar AS. Ini mengindikasikan tekanan terhadap rupiah masih tinggi,” jelasnya.
Baca juga: Trump dan Powell: Kisah Klasik Fiskal-Moneter
Ariston memperkirakan rupiah akan bergerak melemah di kisaran Rp16.900 per dolar AS pada hari ini.
“Potensi pelemahan rupiah hari ini ke arah Rp16.900, dengan potensi support di kisaran Rp16.850 per dolar AS,” pungkas Ariston. (*)
Editor: Yulian Saputra