Jakarta – Indonesia harus segera menaikkan kompetensi tenaga kerja. Pasalnya, sebanyak 56 persen dari 146 juta orang tenaga kerja nasional, masih berpendidikan SMP ke bawah. Untuk menaikkan kompetensi tenaga kerja yang berpendidikan tak tinggi tersebut, maka dibutuhkan banyak pelatihan bagi tenaga kerja Indonesia.
Demikian disampaikan oleh Direktur Bina Penyelenggaraan Pelatihan Vokasi dan Pemagangan Kementerian Ketenagakerjaan RI, Muhammad Ali. Menurutnya, pelatihan belum menjadi budaya di perusahaan Indonesia. Tentunya, hal tersebut harusnya menjadi perhatian penting bagi perusahaan yang ada di Indonesia.
Saat ini, lanjutnya, Indonesia merupakan negara dengan tingkat pelatihan di perusahaan kedua terendah di dunia. Dimana tercatat perusahaan yang menawarkan pelatihan formal di Indonesia, kurang dari 8 persen. Sejatinya potensi pelatihan perusahaan di Indonesia, cukup besar.
Baca juga: Sambut Indonesia Emas 2045, SDM jadi Investasi Paling Penting
“Kementerian Ketenagakerjaan pun sudah punya regulasi yang mewajibkan pelatihan untuk SDMm Syukur-syukur, perusahaan tersebut bisa diberikan pula ke lingkungan di luar perusahaan,” ujar Muhammad Ali seperti dikutip Jumat, 20 Oktober 2023.
Tantangan perubahan bisnis selama pandemi maupun pasca-pandemi, menuntut adanya pengelolaan sistem manajemen Human Capital yang agile (lincah) dan yang selaras dengan perubahan strategi bisnis perusahaan. Meningkatnya digitalisasi proses bisnis, juga harus diimbangi dengan kesiapan Human Capital yang adaptif terhadap pengembangan sistem dan teknologi digital.
Pesatnya perkembangan dan pengembangan teknologi digital yang semakin dipercepat dengan terjadinya Covid-19, menuntut banyak organisasi di seluruh dunia untuk melakukan transformasi bisnis, yang sedikit banyak mengubah strategi dan proses bisnis organisasi-organisasi tersebut.
Sebagai konsekuensinya, sebagai bagian dari strategi dan proses bisnis tadi, Human Capital Management dituntut untuk melakukan transformasi yang sistemik agar organisasi dapat terus tumbuh secara berkelanjutan.
Untuk mendorong manajemen Human Capital yang agile dan selaras dengan perubahan strategi bisnis perusahaan, Top Human Capital Awards 2023 pun digelar yang diberikan kepada sejumlah perusahaan terkemuka.
Acara ini menggandeng beberapa lembaga ternama di bidangnya, seperti LKN (Lembaga Kajian Nawacita), lembaga konsultan bisnis dan GCG, seperti Sinergi Daya Prima, SGL Management, Dwika Consulting, Melani K. Harriman and Associate, Solusi Kinerja Bisnis dan perguruan tinggi ternama seperti Universitas Indonesia, Universitas Padjadjaran, PPM Manajemen, dan Universitas Pertamina.
Penghargaan tersebut adalah kegiatan penilaian dan pemberian penghargaan bidang implementasi dan pengembangan HCMS yang tertinggi di Indonesia, yang diberikan kepada perusahaan-perusahaan yang dinilai berkinerja baik dan telah menerapkan HCMS secara efektif dan berkualitas, untuk mendukung tumbuhnya bisnis secara berkelanjutan.
Baca juga: Hadapi Industri 4.0, Kompetensi SDM Indonesia Perlu Ditingkatkan Untuk Bisa Bersaing
“Keselarasan transformasi antara strategi dan proses bisnis dengan HCMS menjadi salah satu faktor penting dalam penilaian Dewan Juri,” kata Ketua Dewan Juri Top Human Capital Awards 2023, Budi W. Soetjipto.
Dalam kegiatan ini, Dewan Juri juga mengapresiasi dan memberikan penghargaan khusus kepada Presiden Direktur dengan kategori The Most Committed Top Leader on Human Capital 2023, serta kategori The High Performing Human Capital Director 2023. Juga ada kategori The High Performing Human Capital Manager 2023 bagi mereka yang dinilai telah berperan dan berkontribusi besar dalam peningkatan implementasi HCMS di perusahaan masing-masing.
“Presiden Direktur, termasuk Dewan Direksi, harus dapat menjadi teladan dalam hal implementasi HCMS. Selain itu, kompetensi Human Capital di semua level manajemen, perlu untuk terus ditingkatkan agar budaya perusahaan, dapat dikembangkan menjadi perilaku unggul di dalam perusahaan,” pungkas Budi. (*)