Melonjak 47% Bank Mandiri Cetak Laba Bersih Rp41,2 Triliun

Melonjak 47% Bank Mandiri Cetak Laba Bersih Rp41,2 Triliun

Jakarta – Bank Mandiri berhasil mencetak pertumbuhan kinerja yang solid sepanjang tahun 2022 lewat strategi bisnis yang konsisten kepada segmen potensial dan proses optimalisasi digital perseroan. Tercatat, Bank Mandiri berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp41,2 triliun atau tumbuh 46,9% yoy.

Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menjelaskan, kinerja yang solid ini tak terlepas dari kondisi makroekonomi yang membaik, didukung oleh kebijakan strategis pemerintah dan regulator dalam menjaga stabilitas perekonomian.

“Sepanjang 2022, Bank Mandiri telah secara aktif menggarap segmen digital banking untuk mendukung transformasi digital sebagai bisnis yang berkelanjutan dengan menangkap peluang di seluruh sektor dan segmen potensial,” ujar Darmawan di Jakarta, Selasa, 31 Januari 2023.

Menurutnya, pertumbuhan laba bersih tersebut turut ditopang oleh optimalisasi fungsi intermediasi perseroan yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang positif. Tercatat, hingga akhir 2022, kredit secara konsolidasi perseroan mampu tumbuh positif sebesar 14,48% yoy menjadi Rp1.202,2 triliun.

Pencapaian kredit Bank Mandiri pun melampaui pertumbuhan kredit secara industri sebesar 11,35% di tahun 2022. Bila dirinci berdasarkan segmennya, kredit Bank Mandiri didominasi oleh kredit korporasi yang mencapai Rp414,1 triliun, pada akhir 2022, tumbuh 11,8% dari periode tahun sebelumnya Rp370,2 triliun. 

Selain itu, kredit komersial juga menorehkan kinerja positif yakni tumbuh sebesar 13,0% YoY menjadi Rp196,3 triliun di akhir 2022 lalu. “Dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, Bank Mandiri berkomitmen untuk bersama-sama mendorong kebangkitan ekonomi di sektor-sektor potensial pada masing-masing wilayah termasuk UMKM,” paparnya. 

Salah satu komitmen ini juga diwujudkan lewat penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Mandiri di tahun 2022 yang berhasil memenuhi target pemerintah sebesar Rp40 triliun kepada lebih dari 351 ribu pelaku usaha UMKM. Penyaluran KUR Bank Mandiri pun utamanya disalurkan ke sektor produksi sebanyak 59,73% atau senilai Rp23,9 triliun. 

Tren peningkatan penyaluran KUR Bank Mandiri sektor produktif tercermin dari seluruh sektor. Salah satunya di sektor pertanian yang sepanjang tahun 2022 menyumbang 29,53% dari total KUR Bank Mandiri atau senilai Rp11,81 triliun. 

Disusul sektor jasa produksi yang mencapai Rp8,03 triliun di 2022 atau sekitar 20,07% dari total penyaluran KUR Bank Mandiri tahun 2022. Adapun, kredit UMKM Bank Mandiri berhasil tumbuh 13,3% YoY dari Rp103,5 triliun di tahun 2021 menjadi Rp117,2 triliun pada akhir tahun 2022.

“Berkat pencapaian kredit yang impresif, total aset Bank Mandiri secara konsolidasi pun berhasil menyentuh Rp1.992,6 triliun atau tumbuh 15,5% secara tahunan. Total aset tersebut juga menjadi rekor terbesar sepanjang sejarah perseroan,” pungkas Darmawan.

Performa bisnis yang solid ini juga diimbangi dengan kualitas aset yang mengalami perbaikan secara bank only. Per akhir 2022, rasio non performing loan (NPL) Bank Mandiri secara bank only berhasil menurun sebesar 93 basis poin (bps) secara yoy ke level 1,88%. 

Dalam menjaga kualitas aset, Bank Mandiri juga telah melakukan pengelolaan portofolio kredit untuk mengantisipasi potensi penurunan kualitas, termasuk dengan menyediakan pencadangan yang mencukupi. Walhasil, meski NPL relatif menurun, perseroan tetap melakukan peningkatan rasio pencadangan atau NPL coverage ratio mencapai sebesar 311% pada akhir tahun 2022. 

Restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 pun konsisten menunjukan tren yang melandai seiring dengan momentum pertumbuhan ekonomi. Sampai dengan akhir Desember 2022 total restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 (bank only) di Bank Mandiri yaitu sebesar Rp35,9 triliun, posisi ini bahkan sudah jauh menurun dibandingkan kondisi akhir tahun 2021 yang mencapai Rp69,7 triliun. 

“Sebagai langkah antisipasi potensi penurunan kualitas kredit, kami terus menjaga pembentukan pencadangan. Per akhir Desember 2022, Bank Mandiri telah membukukan biaya CKPN secara bank only sebesar Rp10,3 triliun dengan rasio NPL coverage berada di level yang memadai,” imbuh Darmawan.

Lebih lanjut, Darmawan menjelaskan seiring dengan tren positif pada kualitas aset Bank Mandiri juga mendorong efisiensi biaya pencadangan sehingga cost of credit (CoC) membaik dari 1,91% ke level 1,21%, terendah dalam beberapa tahun terakhir. 

“Secara pertumbuhan, dari sisi target sudah tercapai. Selain itu, dengan peran digitalisasi yang kami dorong terus mengakselerasi kinerja bisnis Bank Mandiri dan ke depan kami harapkan perbaikan ini dapat berlanjut di tahun 2023,” ungkapnya.

Selain itu, transaksi digital Bank Mandiri melalui Livin’ dan Kopra by Mandiri tumbuh signifikan. Tercatat saat ini Livin’ by Mandiri telah diunduh lebih dari 22 juta kali dalam kurun waktu 15 bulan terakhir. Pertumbuhan pengguna Kopra by Mandiri, yang kini juga telah hadir dalam versi mobile app, juga meningkat hampir empat kali lipat dalam satu tahun terakhir menjadi 83 ribu pengguna.

Melalui serangkaian inovasi yang dilakukan dalam setahun terakhir, Livin’ by Mandiri telah mampu melayani lebih dari 1,64 miliar transaksi finansial. Adapun, nilai transaksi Livin’ by Mandiri selama tahun 2022 telah menembus Rp 2.435 triliun atau tumbuh 48,4% dari periode tahun sebelumnya atau secara yoy. 

Pada periode yang sama, Wholesale Digital Super Platform Kopra by Mandiri, berhasil mengelola Rp18.567 triliun transaksi hingga akhir tahun 2022 atau tumbuh 22% secara YoY. Platform digital super lengkap yang dinikmati oleh beragam nasabah mulai dari pengusaha dari segmen korporasi, menengah hingga kecil atau UKM pun telah mampu melayani berbagai kebutuhan transaksi di manapun dan kapanpun. 

“Kehadiran Livin’ dan Kopra by Mandiri juga turut menyumbang pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) khususnya dana murah yang signifikan. Ini membuktikan bahwa transformasi digital yang dilakukan Bank Mandiri telah berhasil berkontribusi signifikan terhadap kinerja keuangan dengan tren yang terus membaik,” jelasnya.

Benar saja, total dana pihak ketiga (DPK) Bank Mandiri tumbuh positif 15,46% yoy dari Rp1.291,2 triliun di akhir 2021 menjadi Rp 1.490,8 triliun di akhir tahun 2022 yang diitopang oleh peningkatan dana giro serta tabungan yang naik masing-masing 31,2% dan 13,5% secara yoy. Ekspansi digital tersebut pun berbuah manis terhadap rasio CASA Bank Mandiri secara bank only di akhir 2022 yang kini mencapai 77,64%, naik 365 bps yoy, melampaui rata-rata industri perbankan.

Berkat penajaman bisnis yang diiringi dengan digitalisasi yang semakin matang, laju pendapatan berbasis komisi atau fee based income (FBI)  Livin’ by Mandiri dan Kopra’ by Mandiri pun telah membuahkan hasil positif. Sampai dengan akhir Desember 2022 pendapatan non bunga Bank Mandiri secara bank only telah menembus Rp 27 triliun, dari jumlah itu FBI Livin’ dan Kopra by Mandiri masing-masing menyumbang pertumbuhan sebesar 13,11% YoY dan 10% yoy.

Digitalisasi Bank Mandiri juga membuat perseroan lebih efisien secara bisnis. Tercermin dari rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) Bank Mandiri (bank only) yang turun hampir 10% menjadi 57,35%.

Ke depan, Darmawan mengatakan Bank Mandiri akan semakin mendorong pengembangan digital untuk menangkap potensi pertumbuhan bisnis secara jangka panjang, dan pada saat yang sama menghadirkan ragam solusi kebutuhan transaksi kepada nasabah baik ritel maupun wholesale. (*)

Editor: Rezkiana Nisaputra

Related Posts

News Update

Top News