Jakarta – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 tercatat sebesar 5,31% secara tahunan, dimana angka tersebut meningkat dari 3,70% pada tahun 2021.
Meski begitu, Direktur Program INDEF, Esther Sri Astuti melihat bahwa kontribusi dari pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap produk domestik bruto (PDB) menurun menjadi 51,7% di triwulan IV-2022 dibandingkan periode sebelumnya yang berkontribusi hingga 52,9%.
“Ternyata sebagian besar dari pendapatan masyarakat ini dialokasikan untuk barang yang habis pakai, makanan, minuman, pakaian, dan sedikit untuk kesehatan dan pendidikan, ini artinya daya beli masyarakat sebenarnya rendah karena hampir semua income yang diperoleh digunakan untuk beli makanan,” ucap Esther di Jakarta, 7 Februari 2023.
Secara rinci, kontribusi terbesar disumbang dari makanan dan minuman sebesar 40,32%, kemudian diikuti transportasi dan komunikasi sebesar 22,36%, dan perlengkapan rumah tangga berkontribusi sebesar 12,59%.
“Karena ada kenaikan harga BBM ini membuat pengeluaran masyarakat untuk transportasi dan komunikasi itu juga meningkat sekitar 22%,” imbuhnya.
Melihat hal itu, Esther berharap pemerintah dapat meningkatkan daya beli masyarakat melalui insentif selain bantuan sosial atau bansos, karena menurutnya, bansos masih bersifat sebagai solusi yang temporer atau sementara.
“Tetapi solusi yang sustain yang lebih langgeng juga meningkatkan kapasitas dari sumber daya manusianya dengan memberikan skill, touch up skill sehingga dia bisa memperoleh pekerjaan yang lebih baik, itu kan sifatnya lebih sustain tidak hanya bansos,” ujar Esther. (*)