Laba SMBC Indonesia Tumbuh 19 Persen jadi Rp2,8 Triliun di 2024

Laba SMBC Indonesia Tumbuh 19 Persen jadi Rp2,8 Triliun di 2024

Jakarta – PT Bank SMBC Indonesia Tbk atau SMBC Indonesia mencatatkan kinerja positif sepanjang 2024. Bank yang sebelumnya bernama PT Bank BTPN Tbk (Bank BTPN) ini membukukan laba bersih setelah pajak Rp2,8 triliun, naik 19 persen ketimbang tahun sebelumnya.

Henoch Munandar, Direktur Utama SMBC Indonesia mengatakan, transformasi merek SMBC Indonesia yang dimulai pada akhir tahun lalu menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan bagi perseroan.

“Dengan pencapaian luar biasa tahun lalu sebagai landasan, kami akan terus berupaya memberikan solusi keuangan yang relevan untuk memenuhi kebutuhan nasabah,” ungkap Henoch Munandar, Direktur Utama SMBC Indonesia dikutip 5 Maret 2025.

Peningkatan laba bersih konsolidasi di Desember 2024 didorong oleh pendapatan operasional yang meningkat 27 persen menjadi Rp17,4 triliun.

Pendapatan tersebut dikontribusikan oleh pendapatan bunga bersih yang tumbuh 26 persen menjadi Rp15,2 triliun dan pendapatan lainnya yang naik 31 persen menjadi Rp2,2 triliun.

“Pendapatan bunga bersih secara konsolidasi meningkat sejalan dengan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) yang naik ke level 7,10 persen per Desember 2024 dari 6,45 persen pada Desember 2023,” jelas Henoch.

Baca juga: SMBC Indonesia Beberkan Kunci Sukses  Transformasi Digital

Kontributor utama dari peningkatan pendapatan bunga bersih meliputi kenaikan pendapatan bunga dari kredit, penempatan aset likuid seperti surat berharga, dan pendapatan bunga bersih dari Grup OTO.

Pada Maret 2024, SMBC Indonesia telah menyelesaikan akuisisi PT Oto Multiartha (OTO) dan PT Summit Oto Finance (SOF) atau Grup OTO, sebagai bagian dari strategi perseroan untuk melakukan ekspansi usaha.

Dengan pengonsolidasian biaya operasional Grup OTO sejak akuisisi ke dalam angka konsolidasi, biaya operasional menjadi Rp9,4 triliun. Biaya kredit menjadi Rp3,9 triliun pada 2024. Peningkatan biaya-biaya ini sejalan dengan pertumbuhan volume usaha dan inisiatif lainnya dari SMBC Indonesia.

Di luar dampak akusisi Grup OTO, laba bersih entitas Bank dan BTPN Syariah setelah pajak meningkat sekitar 8 persen.

Dari sisi intermedasi, penyaluran kredit secara konsolidasi meningkat 15 persen menjadi Rp179,4 triliun per akhir 2024. Adapun faktor pendorong terbesar datang dari pos kredit retail yang tumbuh signifikan sebesar 31 persen, berkat penyaluran di segmen Joint Finance, Jenius, dan Mikro yang masing-masing naik 389 persen, 51 persen, dan 40 persen.

Selain itu, kredit untuk usaha kecil dan menengah (UKM) naik 8 persen, sedangkan di sisi kredit korporasi terkoreksi 6 persen. Kualitas kredit juga terjaga. Tercatat rasio non performing loan (NPL) gross secara konsolidasi berada di level 2,5 persen per Desember 2024. Meski naik dari 1,36 persen pada tahun sebelumnya, rasio tersebut masih di bawah threshold yang ditentukan regulator, yakni 5 persen.

Dari sisi funding, total dana pihak ketiga (DPK) SMBC Indonesia naik 12 persen menjadi Rp121,3 triliun, dengan pertumbuhan dana murah atau current account & saving account (CASA) yang tumbuh 3 persen menjadi Rp45,6 triliun. Sedangkan total deposito naik 18 persen menjadi Rp75,7 triliun per akhir Desember 2024.

Baca juga: Turun 35,81 Persen, Laba Bank UOB Indonesia jadi Rp406,24 Miliar di 2024

Rasio cakupan likuiditas (liquidity coverage ratio/LCR) dan rasio pendanaan stabil bersih (net stable funding ratio/NSFR) tetap sehat di level 253,71 persen dan 125,02 persen per Desember 2024. Rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) berada di 30,02 persen.

Sementara, total aset SMBC Indonesia secara konsolidasi naik 20 persen menjadi Rp241,1 triliun pada akhir 2024.

Kinerja positif juga tercermin dari sisi layanan digital SMBC Indonesia. Melalui aplikasi Jenius, perseroan mencatat ada 5,9 juta pengguna terdaftar pada akhir Desember 2024 atau naik 13 persen dari tahun sebelumnya.

Jenius juga mencatat kenaikan DPK sebesar 16 persen menjadi Rp29,5 triliun serta kenaikan penyaluran kredit sebesar 51 persen menjadi Rp3,3 triliun per akhir Desember 2024. (*)

Related Posts

Top News

News Update