UMKM, terutama yang bergerak di bidang industri, apalagi yang bersifat padat karya, mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja. Selain itu, mampu mendistribusikan hasil-hasil pembangunan di Indonesia sehingga mengurangi gap kesejahteraan.
Kesimpulannya, kinerja dan kontribusi UMKM harus ditingkatkan dan pembiayaan UMKM harus diarahkan ke sektor produktif. Perlu dicatat bahwa aspek kinerja UMKM di Indonesia masih relatif rendah jika dibandingkan dengan UMKM di negara-negara ASEAN lain. Terutama, dari segi produktivitas, kontribusi ekspor, partisipasi untuk produksi global dan regional, serta kontribusi terhadap nilai tambah.
Tanpa adanya dukungan, sulit bagi para pelaku UMKM untuk lebih berkembang di tengah mengguritanya konglomerasi di dunia usaha. Upaya meningkatkan kinerja dan kontribusi UMKM terhadap perekonomian harus menjadi keinginan bersama berbagai pihak, mulai dari pelaku UMKM, pemerintah, lembaga keuangan dan perbankan, lembaga penjaminan, perusahaan-perusahaan besar, hingga unsur-unsur politik di negeri ini. (*)
Penulis adalah Direktur Utama Jamkrindo dan Ketua Umum Asippindo
Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Rabu, 16 Oktober 2024 ditutup… Read More
Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) meraih penghargaan “Most Sharia Bank for Excellence… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) membeberkan penyebab nilai tukar rupiah yang melemah. Hingga 15 Oktober 2024, nilai… Read More
Jakarta - PT Bank DBS Indonesia (Bank DBS Indonesia) menargetkan pertumbuhan tahunan jumlah volume obligasi… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat kredit perbankan tetap tumbuh. Pada September 2024, kredit perbankan mencapai 10,85… Read More
Jakarta - Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dimulai hari ini, Rabu,… Read More