Jakarta – Industri asuransi umum menghadapi tantangan berat sepanjang 2024 dan diprediksi tidak akan membaik pada 2025. Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Budi Herawan menegaskan, pertumbuhan premi tahun ini tidak akan lebih baik dari tahun lalu.
“Intinya kita harus cari terobosan. Berat tahun ini berat. Kan tadi saya bilang gak akan lebih bagus dari 2024,” ujarnya saat ditemui usai acara Peluncuran Peta Jalan Pengembangan Asuransi Pertanian AAUI 2025-2030 di Jakarta, Senin, 24 Maret 2025.
Budi menyoroti bahwa kuartal pertama 2025 akan menjadi barometer utama. Jika performa industri pada Q1 2025 lebih buruk dari tahun lalu, maka industri asuransi harus bersiap menghadapi tekanan lebih besar.
“Saham anjlok, kendaraan juga sudah nggak ada harapan. Used car aja gak ada,” katanya.
Berdasarkan data AAUI, hingga Desember 2024, total premi industri asuransi umum tercatat sebesar Rp112,86 triliun, tumbuh 8,7 persen dari Rp103,87 triliun pada 2023.
Namun, pertumbuhan itu belum mencerminkan perbaikan industri secara keseluruhan. Beberapa lini bisnis bahkan mengalami kontraksi.
Misalnya, premi asuransi kendaraan bermotor hanya naik 3,3 persen, dari Rp19,49 triliun pada 2023 menjadi Rp20,14 triliun pada 2024.
Di sisi lain, asuransi kredit justru menurun 3,4 persen, dari Rp22,33 triliun menjadi Rp21,66 triliun. Ini mengindikasikan melemahnya daya beli masyarakat serta ketatnya regulasi kredit.
Baca juga: Mega Insurance Luncurkan Asuransi PA Mudik Lebaran 2025, Ini Keuntungannya
Sementara itu, asuransi kesehatan mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 77,2 persen, naik dari Rp6,67 triliun menjadi Rp11,82 triliun. Namun, Budi tidak terlalu optimistis terhadap tren ini.
“Kesehatan masih belum tahu. Yang pasti kita di umum sih udah gak jorjoran,” ungkapnya.
Budi juga menyoroti lemahnya kinerja asuransi pengangkutan.
“Kalau marine ekspor, ada nikel. Tapi nikel sudah harus berbentuk setengah jadi. Setengah jadi itu juga nggak akan dongkrak,” jelasnya.
Hal ini tercermin dalam data premi asuransi marine cargo yang hanya naik tipis 4,2 persen, dari Rp5,08 triliun menjadi Rp5,31 triliun.
Baca juga: Asuransi Marine Cargo Tugu Insurance, Dukung Prospek Bisnis Pengiriman
Sementara itu, asuransi marine hull tumbuh lebih signifikan, sebesar 22 persen, menjadi Rp3,16 triliun. Namun, pertumbuhan ini belum cukup untuk mengangkat industri secara keseluruhan.
Di tengah pertumbuhan premi yang tidak merata, total klaim yang dibayarkan industri asuransi umum juga meningkat 8,5 persen, dari Rp46,01 triliun pada 2023 menjadi Rp49,90 triliun pada 2024.
Beberapa lini bisnis bahkan mencatat lonjakan klaim yang cukup besar. Misalnya, klaim asuransi properti naik 24,7 persen, dari Rp6,76 triliun menjadi Rp8,44 triliun.
Begitu juga dengan klaim asuransi marine hull yang melonjak 19,5 persen, dari Rp1,21 triliun menjadi Rp1,44 triliun.
Baca juga: AAUI Beberkan Tantangan Industri Asuransi Umum di 2025
Budi juga menyoroti ketidakjelasan regulasi asuransi wajib yang semula direncanakan untuk 2025.
“Asuransi wajib yang rencananya diimplementasikan di 2025 dan diharapkan jadi penyumbang pendapatan pun tidak ada kelanjutannya lagi,” ungkapnya.
Dengan melemahnya sektor otomotif, ketidakpastian di sektor ekspor, serta kenaikan klaim yang membebani industri, Budi menegaskan bahwa keberlanjutan industri asuransi umum akan sangat bergantung pada kebijakan pemerintah.
“Semua tergantung pemerintahnya juga,” pungkasnya. (*) Alfi Salima Puteri