Pelambatan ekonomi dan terbukanya pasar ASEAN adalah tantangan yang tidak perlu ditakuti. Ria Martati
Jakarta–Rosan P Roeslani, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Perbankan dan Finansial menilai penting peran serta dunia usaha dalam upaya stabilisasi ekonomi nasional dan menyambut pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.
Rosan berharap dunia usaha tetap optimis seiring dengan akan hadirnya paket-paket kebijakan pemerintah dalam mengatasi dua tantangan tersebut. Optimisme tersebut dengan terus mengembangkan daya kreasi dan inovasi dalam berinvestasi.
“Instabilitas ekonomi dan terbukanya pasar ASEAN perlu dilihat sebagai tantangan bagi dunia usaha. Kemunduran perekomian dan kompetisi bukanlah sesuatu yang patut ditakutkan bagi kita yang memiliki spirit entrepreneur sejati. Peluang selalu terbuka selama kreativitas dan inovasi menjadi standar bisnis,” papar Rosan Roslani dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa, 8 September 2015.
Rosan mengatakan keunggulan ekonomi Indonesia dalam beberapa dekade terakhir lebih ditopang melimpahnya sumber daya alam dan manusia. Produk komoditas sejauh ini berada di garda depan ekspor Indonesia. Pada era 70-an hingga 90-an, Indonesia begitu mengandalkan ekspor minyak bumi.
Pada era 90-an, industri manufaktur mulai berkembang, namun bukan disebabkan kualitas produk dan inovasi kreatif yang dihasilkan sumber daya manusia (SDM). Jumlah tenaga kerja yang melimpah plus upah yang rendah memungkinkan investasi di sektor tersebut. Selanjutnya, pada era 2.000-an komoditas batubara dan CPO menjadi motor pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Ketergantungan pada komoditas telah menyebabkan pertumbuhan ekonomi kita rapuh karena kita tidak meletakkan fundasi yang kokoh bagi perekonomian nasional. Hasilnya, ketiga era kejayaan tersebut berakhir dengan goyahnya ekonomi nasional,” tambahnya.
Provinsi Kalimantan Timur, dalam pandangan Rosan, merupakan salah satu wilayah Indonesia yang diberkahi dengan kekayaan alam melimpah. Sumbangsih Kaltim bagi perekonomian nasional melalui ekspor migas dan batubara sangat signifikan. Kondisi ini bisa menjadi bumerang jika kalangan pengusaha dan pemerintah tetap bergantung pada komoditas yang fluktuasi harganya ditentukan pasar global. Saat permintaan ekspor dan harga batubara turun, dunia usaha akan meredup.
“Indonesia secara umum, termasuk Kaltim butuh fondasi perekonomian baru. Sektor industri perlu mendapatkan perhatian lebih dengan didukung oleh kualitas produk yang unggul,” kata Rosan.
Rosan memandang dunia usaha perlu ikut bertanggung jawab untuk menghadirkan fondasi ekonomi baru. Tantangan untuk menghadirkan produk unggulan lokal yang dihasilkan SDM berkualitas akan memperbaiki citra Indonesia yang lebih dikenal sebagai konsumen dan pasar terbesar di Asia Tenggara. Lewat produk-produk kampiun lokal inilah, Indonesia bisa hadir di kancah internasional sebagai kekuatan ekonomi dengan citra baru, sebagaimana Jepang, Korea, China, dan India yang telah lebih dulu dikenal melalui produk-produk berkualitas.
“Pemerintah siap mengeluarkan paket-paket kebijakan di bidang ekonomi, termasuk memfasilitasi kemudahan investasi. Sebagai mitra utama pemerintah di bidang ekonomi, Kadin perlu ikut memberikan dukungan perbaikan ekonomi nasional dalam memanfaatkan peluang yang ada dan mengimplementasikan peluang yang telah dibuka,” pungkas Rosan. (*)