“Tema kebijakan fiskal tahun 2018 adalah Pemantapan Pengelolaan Fiskal untuk Mengakselerasi Pertumbuhan yang Berkeadilan. Artinya, APBN Tahun Anggaran 2018 diharapkan dapat menjadi instrumen fiskal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, sekaligus mendukung upaya pengentasan kemiskinan, pengurangan ketimpangan, serta penciptaan lapangan kerja,” tambah Sri Mulyani.
Selain itu pihaknya juga telah menyiapkan tiga strategi khusus agar target yang telah dicanangkan dalam APBN 2018 dapat dicapai. Pertama, optimalisasi pendapatan negara dengan tetap menjaga iklim investasi; kedua, efiensi belanja dan peningkatan belanja produktif untuk mendukung program prioritas; serta ketiga, mendorong pembiayaan yang efisien, inovatif, dan berkelanjutan.
Baca juga: Menkeu Siap Kawal Pelaksanaan APBN 2018
Sebagai informasi, kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 untuk anggaran Belanja pemerintahan dipatok sebesar Rp 2.220,6 triliun. Sementara penerimaan negara dipatok Rp1.894,7 triliun. Dengan demikian, muncul defisit anggaran Rp325,9 triliun atau 2,19 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Selain itu pada asumsi makro untuk pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 5,4 persen, lalu tingkat inflasi sebesar 3,5 persen, nilai tukar rupiah dengan rata-rata Rp13.400 per US$, dan suku bunga SPN 3 bulan ditetapkan sebesar 5,2 persen. Selanjutnya, terkait ICP sebesar US$ 48 per barel, lifting minyak sebesar 800 ribu barel per hari, lifting gas bumi 1,2 juta barel setara minyak. (*)
Editor: Paulus Yoga