Namun apakah mimpi Jokowi di era digital tersebut bisa dicapai dengan mudah? Mengingat sejauh ini tidak sedikit perusahaan startup yang tumbang karena kesulitan permodalan, sehingga kalah dalam menangkap pasar. Belum lagi permasalahan-permasalahan seperti izin dan lain-lain. (Baca juga : 2020, RI Bisa Jadi Negara Digital Ekonomi Terbesar)
Hal ini diakui salah satu perusahaan start-up yakni “Cashlez”. Pendiri Perusahaan payment gate way ini, Teddy Setiawan Tee mengakui permodalan menjadi salah satu permasalahan utama perusahaan startup. (Baca juga : Dorong Digitalisasi UMKM, BRI Gandeng Kemkominfo)
Tidak heran, meski saat ini banyak perusahaan-perusahaan startup bermunculan, tak sedikit pula startup yang mati akibat tidak berkembang. “Perusahaan startup semuanya mulai dari nol, jadi dari sisi funding juga ga gampang. Kita sendiri untuk modal awal dari temen-temen, istilahnnya join invest,” kata Teddy kepada Infobank.
Cashlez sendiri merupakan perusahaan payment gate way yang dibangun awal 2015. Perusahaan tersebut saat ini terkoneksi dengan Bank Mandiri, BNI dan Maybank serta 300 merchane. Dengan memproses lebih dari Rp6 miliar transaksi setiap bulan, Cashlez memperoleh Fee based income hingga Rp120 juta/bulan.
Cashlez tentunya hanya sebagian kecil perusahaan startup yang boleh dibilang sudah berjalan baik, meski baru berdiri 1 setengah tahun. Namun masih banyak lagi perusahaan startup lain yang mungkin lebih sukses dari Cashlez. (Selanjutnya : Pemerintah harus bantu kembangkan startup di Indonesia)