Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka turun sebesar 0,10 persen ke level 6.639,00 dari posisi 6.645,77, pada pembukaan perdagangan pagi ini pukul 9:00 WIB (13/2).
Berdasarkan statistik RTI Business pada perdagangan hari ini, sebanyak 335,04 juta saham diperdagangkan, dengan frekuensi perpindahan tangan sebanyak 19 ribu kali, serta total nilai transaksi mencapai Rp264,29 miliar.
Tercatat, 82 saham mengalami koreksi, 173 saham menguat, dan 224 saham lainnya tetap tidak berubah.
Baca juga: IHSG Ditutup Semringah, Melesat 1,74 Persen ke Level 6.645
Sebelumnya, Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, melihat IHSG secara teknikal pada hari ini diprediksi bergerak menguat terbatas di rentang level 6.600 hingga 6.680.
“Pada perdagangan kemarin, Rabu (12/2) IHSG ditutup naik 1,74 persen atau plus 113,78 poin ke level 6.645. IHSG hari ini (13/2) diprediksi bergerak menguat terbatas dalam range 6.600-6.680,” ujar Ratih dalam risetnya di Jakarta, Kamis, 13 Februari 2025.
Baca juga: IHSG Berpotensi Menguat, Ini Katalis Pendorongnya
Ia mencatat, IHSG berhasil rebound setelah terkoreksi dalam lima hari beruntun. Apresiasi IHSG mengikuti pergerakan bursa di Kawasan Asia Pasifik. Namun, meskipun mengalami penguatan, investor asing masih mencatatkan outflow sebesar Rp208,23 miliar di saham-saham Big Caps.
Di sisi lain, data menunjukkan bahwa penjualan ritel pada Desember 2024 tumbuh 1,8 persen secara tahunan (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 0,9 persen yoy. Kenaikan daya beli ini terjadi secara musiman berkat momentum Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Dampak Global: Wall Street dan Bursa Asia
Sementara dari Mancanegara, Bursa Wall Street bergerak bervariasi cenderung melemah merespons data inflasi AS yang berada di atas ekspektasi. Inflasi tahunan AS pada Januari 2025 tercatat 3 persen atau naik dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 2,9 persen.
Tidak hanya itu, inflasi inti secara tahunan juga mengalami kenaikan menjadi 3,3 persen dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 3,2 persen. Kenaikan inflasi ini memicu kekhawatiran di kalangan pelaku pasar, terutama terkait kebijakan kenaikan tarif yang diterapkan oleh Presiden Trump..
Sementara itu, di Asia, indeks Hang Seng mengalami reli setelah saham Alibaba melonjak menyusul rencana kerja sama dengan Apple untuk mengembangkan kecerdasan buatan (AI) bagi pengguna iPhone di China.
Di sisi lain, rebalancing MSCI pada 11 Februari 2025 mengeluarkan 20 saham dari indeks MSCI China, yang mencerminkan kehati-hatian pelaku pasar meskipun kondisi pasar mulai mengalami rebound.
Editor: Yulian Saputra