Jakarta – Tingkat inflasi pada Juni 2025 diproyeksi akan mengalami kenaikan moderat namun tetap dalam kendali. Inflasi bulanan (month-to-month/mtm) diproyeksikan sebesar 0,08 persen, berbalik arah dari deflasi 0,37 persen mtm yang terjadi pada Mei 2025.
“Kami memperkirakan inflasi bulanan pada Juni 2025 diprediksi naik tipis sebesar 0,08 persen mtm,” kata Josua Pardede, Kepala Ekonom Permata Bank, Senin, 30 Juni 2025.
Josua mengatakan, faktor utama penyebab kenaikan moderat ini berasal dari tekanan harga pangan yang kembali meningkat setelah mengalami penurunan pada bulan sebelumnya.
Inflasi kelompok harga bergejolak (volatile food) diperkirakan meningkat terutama disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditas pangan, seperti bawang merah, beras, dan cabai rawit.
“Harga bawang merah meningkat karena gangguan produksi akibat kondisi tanah yang basah dan lembab serta serangan hama pasca musim hujan yang berdampak pada pasokan,” kata Josua.
Baca juga: Harga Naik Terus, Emas Perhiasan Catatkan Inflasi Tertinggi dalam 20 Bulan
Di sisi lain, inflasi administered prices (harga diatur pemerintah) diprediksi akan mencatat deflasi, mengikuti turunnya harga BBM non-subsidi sesuai keputusan pemerintah.
Josua melanjutkan, secara kumulatif dari Januari hingga Juni 2025, inflasi diperkirakan mencapai sekitar 1,27 persen secara year-to-date (ytd). Dalam basis tahunan, laju inflasi Juni 2025 diperkirakan mencapai 1,77 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), naik dari posisi Mei 2025 sebesar 1,60 persen yoy.
Kemudian, inflasi inti secara tahunan masih relatif stabil, yang diproyeksikan sebesar 2,42 persen yoy, dibandingkan 2,40 persen yoy pada bulan sebelumnya.
Menurut Josua, stabilnya inflasi inti ini didukung oleh membaiknya kondisi global, terutama meredanya ketegangan geopolitik antara Israel dan Iran serta tercapainya kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat dan China.
“Faktor ini membantu menjaga kestabilan harga emas dunia dan domestik serta memberikan ruang apresiasi ringan pada nilai tukar rupiah,” tandasnya.
Dari perspektif ke depan, inflasi diperkirakan akan tetap berada dalam kisaran target Bank Indonesia, yakni dikisaran 1,5 hingga 3,5 persen sampai akhir tahun 2025. Faktor pendukung stabilitas inflasi di antaranya meredanya dampak imported inflation seiring menurunnya risiko ketegangan perdagangan global yang sebelumnya dikhawatirkan mendorong depresiasi rupiah, dan kenaikan harga barang impor.
Baca juga: 4 Jurus Pemerintah Jaga Inflasi di Kisaran 2,5 Persen Plus Minus 1 Persen
Selanjutnya, kesepakatan perdagangan AS-China berhasil menurunkan risiko perang dagang, sehingga aliran modal asing masuk lebih optimal dan turut menjaga stabilitas nilai tukar.
Selain itu, meredanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah juga turut membantu mengendalikan harga minyak dunia, yang sebelumnya sempat mengancam stabilitas inflasi domestik.
“Dengan kondisi ini, kami memperkirakan inflasi Indonesia hingga akhir 2025 akan berada di sekitar 2,33 persen, sedikit meningkat dari level akhir tahun 2024 sebesar 1,57 persen,”imbuhnya. (*)
Editor: Galih Pratama









