Jakarta – Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) akan mempromosikan perubahan Daftar Negatif Investasi (DNI) yang baru diumumkan pemerintah terutama di empat bidang usaha yakni perfilman, e-commerce, farmasi, dan market place kepada investor Amerika Serikat (AS)
Kepala BKPM, Franky Sibarani mengatakan, potensi outward investment dari AS pada ketiga bidang usaha tersebut cukup besar. Menurutnya, fokus untuk menarik investasi di tiga bidang usaha itu dapat mendorong diversifikasi investasi dari AS yang selama ini lebih banyak di sektor pertambangan.
“Dalam DNI baru, sektor-sektor unggulan yakni perfilman, e-commerce, market place, dan farmasi akan menjadi daya tarik untuk menarik minat investasi investor Amerika Serikat,” ujar Franky dalam keterangannya di Jakarta, Senin, 15 Fenruari 2016.
Lebih lanjut Franky mengungkapkan, bahwa pemerintah Indonesia telah menerima minat perusahaan perfilman ternama asal AS untuk melakukan ekspansi usahanya di Indonesia.
“Untuk bidang usaha perfilman terbuka 100% mulai dari sektor produksi, distribusi dan pertujukan film. Tujuan utama pemerintah adalah menumbuhkembangkan pemain-pemain usaha baru di bidang ini,” tukas Franky.
Sementara dari sektor e-commerce yang sedang berkembang, kata dia, juga menjadi daya tarik, mengingat perkembangan teknologi terkini terkait transaksi perdagangan eceran yang dilakukan melalui sistem online yang membuat transaksi menjadi lebih efektif dan efisien.
“Bidang usaha yang terkait e-commerce ini yang sebelumnya diperuntukkan PMDN 100%, kini dapat 100% asing dengan syarat bermitra dengan UMKM,” ucapnya.
Sedangkan untuk bidang usaha Penyelenggara Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik atau Marketplace, Daily Deals, Price Grabber, dan Iklan Baris pengaturannya terbagi menjadi 49% asing untuk nilai investasi sama dengan atau dibawah Rp 100 miliar.
“Sementara untuk yang nilai investasinya di atas Rp 100 miliar terbuka 100% asing,” paparnya.
Kemudian di sektor farmasi dan bahan baku obat, revisi DNI merupakan bukti pemerintah dalam mendukung berkembangnya industri bahan baku obat di dalam negeri, seperti Industri Farmasi Bahan Baku Obat yang sebelumnya kepemilikan asing masih dibatasi 85%, sekarang dikeluarkan dari DNI menjadi terbuka 100% asing.
“Perubahan ini selain akan meningkatkan investasi di bidang farmasi bahan baku obat, juga diharapkan akan mendorong investasi di Bidang farmasi lainnya yaitu, Industri Farmasi Obat Jadi karena pelaku industri obat jadi memiliki pilihan bahan baku dengan harga yang lebih rendah dan mengurangi impor bahan baku untuk industri obat jadi,” tambahnya.
Menurutnya, AS merupakan negara prioritas pemasaran investasi. Dari data yang dimiliki oleh BKPM pada 2015, nilai realisasi investasi AS mencapai US$893 juta terdiri dari 261 proyek dengan didominasi oleh sektor-sektor pertambangan. Dari sisi komitmen tercatat masuknya komitmen US$4,8 miliar terdiri dari 76 proyek.
“BKPM akan terus mengawal minat-minat investasi dari AS ini untuk segera direalisasikan,” tutup Franky. (*) Rezkiana Nisaputra