Jakarta-Bicara soal pemulihan sektor manufaktur di masa new normal, ternyata masih ada rintangan yang memperlambat pemulihan. Cost of logistics masih menjadi momok di masa new normal ini. Menurut Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Shinta Kamdani, cost of logistics yang tinggi disebabkan oleh terbatasnya kapasitas muat logistik pada kontainer dan perkapalan.
“Jadi, sekarang masalah logistik itu tetap ada, dan costnya tinggi. Sekarang semua exportir kita complaint. Ada yang bilang kenaikan biaya logistiknya sampai 300%, 400%. Naiknya luar biasa. Dan ini tentunya takes time untuk recover,” ujar Shinta, pada sebuah diskusi virtual, Senin, 21 Maret 2022.
Di lain sisi, Shinta menjelaskan bahwa industri manufaktur yang masih melambat memiliki dampak terhadap kelompok masyarakat menengah ke bawah. Meskipun dari sisi demand, pasar ekspor sudah mulai pulih karena pemulihan ekonomi sejumlah negara besar, bila kapasitas logistik Indonesia masih rendah, maka pasar ekspor Indonesia terancam tergerus kompetisi global.
“Kalau dari sisi demand sebenarnya sudah mulai normal karena negara-negara besar itu kan sudah mulai pulih perekonomiannya. Ekspor kita ke Amerika itu selama pandemi bisa naik signifikan banget. Tapi pada akhirnya nanti negara-negara itu akan membandingkan biaya logistik antara negara kita dengan yang lainnya. Bila kita tidak bisa berkompetisi, order kita tak bisa kita penuhi, maka ya ketinggalan,” jelas Shinta.
Maka dari itu, Shinta tegaskan, kapasitas muat logistik dan cost of logistics itu menjadi kunci bagi pertumbuhan ekspor Indonesia. Pemerintah pun harus memikirkan strategi tersendiri untuk menangani masalah ini. (Steven Widjaja)