BI Pastikan Rupiah Stabil di Tengah Ketidakpastian Global, Ini Strateginya

BI Pastikan Rupiah Stabil di Tengah Ketidakpastian Global, Ini Strateginya

Jakarta – Bank Indonesia (BI) terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dengan melakukan intervensi di pasar offshore atau Non Deliverable Forward (NDF). Terbukti, hingga saat ini rupiah masih terjaga stabil di kisaran Rp16.200-Rp16.300 per dolar AS, di tengah ketidakpastian global akibat kebijakan tarif resiprokal hingga ketegangan geopolitik.

Sebagai informasi, pada 7 April 2025, nilai tukar rupiah di pasar offshore berada di atas Rp17.340 per dolar AS.

Menyikapi hal itu, BI langsung melakukan intervensi di berbagai pasar, mulai dari Hong Kong, kawasan Asia, Eropa, hingga Amerika Serikat (AS).

Baca juga: Rupiah Diproyeksi Melemah Buntut Trump Isyaratkan Serangan Militer AS ke Iran

Gubernur BI, Perry Warjiyo menegaskan, hal tersebut dilakukan guna mendorong pertumbuhan ekonomi domestik, termasuk kesuksesan program Asta Cita pemerintah.

“Alhamdulillah nilai tukar sekarang berada di kisaran Rp16.200-Rp16.300. Dan komitmen kami untuk terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah ke depan karena ini dukungan Bank Indonesia untuk kebijakan-kebijakan bersama pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi termasuk dukungan untuk kesuksesan program astasita pemerintah,” ujar Perry dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu, 18 Juni 2025.

Rupiah Kuat Berkat Inflow dan Instrumen Keuangan Menarik

Sementara, Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti menambahkan, meskipun kondisi global masih penuh risiko, Indonesia tetap menjadi negara dengan imbal hasil menarik untuk berbagai instrumen keuangan.

Hal ini tecermin dari aliran modal masuk atau (inflow) ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) pada Juni 2025 yang mencapai Rp11 triliun. Meskipun pasar saham dan instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) masing-masing mencatat outflow sebesar Rp3 triliun dan Rp5 triliun, secara keseluruhan, arus dana yang masuk ke SBN tetap kuat.

“Jadi walaupun terjadi outflow (di pasar saham), tapi masih relatif kecil, sekitar Rp3 triliun. Demikian juga untuk SRBI yang terjadi outflow Rp5 triliun. Tapi overall kalau kita lihat, inflow yang masuk di SBN itu sudah mencapai Rp43,5 triliun,” ungkap Destry.

Baca juga: Porsi Investasi SBN Masih Minim, Trimegah Sekuritas Beberkan Penyebabnya

Masuknya aliran dana asing turut meningkatkan suplai valuta asing (valas) di pasar keuangan domestik. Tercatat, transaksi harian di pasar valas mengalami peningkatan, dengan rata-rata transaksi pada April 2025 sebesar Rp5,76 triliun, dan meningkat menjadi Rp6,22 triliun per 16 Juni 2025.

“Jadi ini juga sebenarnya yang menyebabkan kenapa di sepanjang bulan Mei dan Juni pertengahan, rupiah itu mengalami penguatan secara kuartalan dibandingkan dengan kuartal yang lalu, di mana kita mengalami penguatan sebesar 1,72 persen. Jadi pergerakan kita align dengan pergerakan dari peers group kita,” jelasnya.

Waspada Risiko Global, BI Siapkan Strategi Intervensi

Meskipun tren rupiah membaik, BI tetap mewaspadai sejumlah risiko yang dapat memengaruhi pasar keuangan, seperti kebijakan tarif dari Presiden AS Donald Trump dan eskalasi geopolitik di Timur Tengah.

“Tapi dari kami akan terlalu siap dengan kita masuk DNDF. Kemudian di domestik, kita juga terus kontinu melakukan triple intervention, di mana kita masuk apakah itu di pasar DNDF, ataupun spot, ataupun di SBN, dalam rangka juga selain menjaga stabilitas rupiah, tentunya kita juga ingin menambah likuiditas di pasar, yaitu melalui pembelian SBN kita yang sudah mencapai Rp124 triliun,” tandasnya. (*)

Editor: Yulian Saputra

Related Posts

News Update