SETELAH tahun lalu PT Bank Permata Tbk (PermataBank) rugi Rp6,48 triliun, kini per Februari perseroan sudah untung Rp200 miliar. Bank ini juga sudah disuntik modal Rp5,5 triliun tahun lalu, namun macet di satu showroom sebesar Rp1,5 triliun.
Tanda-tanda kinerja jeblok PermataBank sebetulnya sudah kelihatan dari 2015. Menurut data Biro Riset Infobank (birI), waktu itu kucuran kredit PermataBank menurun, non performing loan (NPL)-nya merangkak, dan biaya operasionalnya melonjak lebih besar daripada kenaikan tipis pendapatannya.
Performa PermataBank yang melemah itu sebetulnya linier dengan industri perbankan yang juga melemah. Sebagian besar bank di kelompok BUKU 3 pun tergerus kinerjanya. Namun, bank-bank yang kinerjanya melambat sejak 2014 hingga 2015 berhasil melakukan turn around pada 2016, kendati terpaksa harus mengurangi ribuan karyawannya.
Fokus di PermataBank, per Juni tahun lalu kualitas kredit PermataBank makin goyang dan tiga bulan kemudian kerugian besar bank ini makin terlihat di depan mata. Astra International (Astra) dan Standard Chartered Bank (SCB) sebagai pemegang saham utama pun mengambil keputusan untuk mengganti Roy Arman Arfandy dari posisi direktur utama. (Bersambung ke halaman berikutnya)
Jakarta – Ekonom Senior Core Indonesia Hendri Saparini mengatakan masih terdapat gap yang tinggi antara kebutuhan pendanaan… Read More
Suasana saat penantanganan kerja sama Bank Mandiri dengan PT Delta Mitra Sejahtera dengan membangun 1.012… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut kinerja pasar modal Indonesia masih akan mengalami… Read More
Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menyesuaikan jadwal operasional kantor cabang sepanjang periode… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini (19/12) kembali ditutup merah ke… Read More
Jakarta - Senior Ekonom INDEF Tauhid Ahmad menilai, perlambatan ekonomi dua negara adidaya, yakni Amerika… Read More