Jakarta – Bank DKI mencatatkan kinerja laba yang positif pada kuartal I-2025. Laba bersih yang dibukukan hingga akhir Maret 2025 mencapai Rp215,35 miliar, tumbuh 14,86 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) sebesar Rp187,48 miliar.
Pertumbuhan itu ditopang oleh kenaikan pendapatan bunga dan efisiensi beban bunga yang berhasil dijaga.
Mengutip laporan keuangan publikasi pada Kamis, 25 April 2025, pendapatan bunga Bank DKI meningkat 4,15 persen dari Rp1,36 triliun menjadi Rp1,42 triliun.
Di sisi lain, beban bunga berhasil ditekan sebesar 0,35 persen dari Rp712,63 miliar menjadi Rp710,15 miliar.
Kombinasi tersebut menghasilkan peningkatan pendapatan bunga bersih sebesar 9,09 persen menjadi Rp708,73 miliar dari sebelumnya Rp649,70 miliar.
Baca juga: Bank DKI Salurkan KJP Tahap I 2025 bagi 43.502 Siswa Penerima Baru
Efisiensi operasional turut menjadi kunci keberhasilan laba Bank DKI. Beban operasional lainnya tercatat hanya tumbuh 3,62 persen, dari Rp441,88 miliar menjadi Rp457,89 miliar.
Dengan pertumbuhan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan beban, rasio efisiensi operasional (BOPO) Bank DKI membaik dari 86,11 persen menjadi 83,69 persen.
Posisi tersebut lebih rendah dari ambang ideal 85 persen, menandakan peningkatan efisiensi dalam menjalankan aktivitas perbankan.
Kredit Naik, Pembiayaan Syariah Turun
Di sisi fungsi intermediasi, penyaluran kredit dan pembiayaan syariah Bank DKI tumbuh 3,36 persen yoy, dari Rp50,53 triliun menjadi Rp52,23 triliun. Pertumbuhan ditopang oleh peningkatan kredit konvensional yang naik 6,89 persen menjadi Rp45,09 triliun.
Meski begitu, pembiayaan syariah mengalami penurunan 14,49 persen menjadi Rp7,14 triliun.
Baca juga: Alhamdulillah! Meski Kena Retas, Dana Nasabah Bank DKI Aman
Di sisi lain, dana pihak ketiga (DPK) mengalami penurunan sebesar 4,93 persen menjadi Rp59,08 triliun. Penurunan paling signifikan terjadi pada giro yang turun 27,13 persen, sementara tabungan naik 12,39 persen dan deposito stabil dengan kenaikan tipis 0,07 persen.
Kondisi itu menyebabkan loan to deposit ratio (LDR) Bank DKI meningkat dari 81,31 persen menjadi 88,40 persen. Angka ini masih dalam kisaran ideal 78-92 persen.
Aset Stabil, Permodalan Kuat
Secara keseluruhan, total aset Bank DKI tumbuh 0,28 persen yoy menjadi Rp78,39 triliun, menunjukkan stabilitas pertumbuhan.
Di sisi permodalan, modal inti bank ini juga meningkat 6,80 persen menjadi Rp10,91 triliun, dengan rasio kecukupan modal (CAR) yang naik dari 25,30 persen menjadi 27,63 persen, mencerminkan ketahanan permodalan yang semakin kuat.
Baca juga: Bos Bank DKI Pastikan IPO Tahun Ini, Begini Persiapannya
Beberapa rasio keuangan utama turut mencerminkan kinerja positif Bank DKI. Return on assets (ROA) naik dari 1,24 persen menjadi 1,41 persen, menunjukkan peningkatan efisiensi penggunaan aset dalam menghasilkan laba.
Sementara return on equity (ROE) menguat dari 7,23 persen menjadi 7,96 persen, menandakan bank lebih efektif dalam mengelola modalnya untuk menghasilkan keuntungan.
Namun demikian, rasio kredit bermasalah (NPL) tercatat mengalami kenaikan. NPL gross meningkat dari 2,01 persen menjadi 2,74 persen, sementara NPL net naik dari 0,70 persen menjadi 1,15 persen.
Meskipun demikian, posisi ini masih jauh di bawah ambang batas maksimum 5 persen yang ditetapkan oleh regulator.
Fokus pada Efisiensi dan Pertumbuhan Berkelanjutan
Di bawah kepemimpinan Direktur Utama Agus Haryoto Widodo, Bank DKI sebagai bank kebanggaan warga Jakarta menunjukkan kinerja yang solid dan efisien dalam menjalankan bisnisnya.
Fokus pada efisiensi, pertumbuhan kredit, dan penguatan permodalan menjadi fondasi utama Bank DKI dalam menjaga momentum pertumbuhan berkelanjutan. (*) Ari Nugroho