Jakarta – PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) memperluas peran sosialnya dengan mengembangkan ekosistem kewirausahaan muda berbasis budaya lokal. Lewat dua program fellowship bertajuk Young Batik Entrepreneurs Fashion Fellowship dan Culinary Micro Business Fellowship, perusahaan ini mendorong transformasi generasi muda menjadi pelaku ekonomi kreatif yang tangguh dan mandiri.
Kegiatan yang digelar pada 10 dan 12 Juli lalu ini menjadi bagian dari program tanggung jawab sosial bertema Bangun Budaya Bersama, yang dipusatkan di Rumah Batik Pekalongan—wilayah yang dikenal sebagai episentrum batik dan kuliner tradisional.
Di sektor fesyen, TBIG bekerja sama dengan Indonesian Fashion Chamber (IFC) untuk menggelar Young Batik Entrepreneurs Fashion Fellowship. Program ini membidik pembatik muda agar mampu menciptakan karya batik yang tak hanya bernilai budaya, tetapi juga bersaing secara komersial di pasar global.
“Indonesian Fashion Chamber berkomitmen mendukung cita-cita menjadikan Indonesia sebagai pusat fesyen dunia melalui ready to wear craft fashion yang memadukan nilai budaya lokal dan inovasi desain modern. Kerja sama dengan TBIG ini sangat penting dalam memperkuat posisi batik di kancah internasional,” ujar Advisor IFC, Taruna Kusmayadi.
Baca juga: TBIG Tebar Dividen 80,01 Persen dari Laba Bersih, Segini Nilainya
Sementara itu, Lie Si An selaku Chief of Business Support Officer TBIG menegaskan pentingnya regenerasi pelaku batik agar tetap relevan dengan perkembangan zaman.
“Kami ingin menyiapkan generasi muda agar bisa bersaing sebagai desainer, kolaborator brand, maupun pelaku usaha batik kontemporer. Harapannya, karya batik Indonesia dapat berstandar internasional namun tetap berakar kuat pada nilai budaya,” katanya.
Kuliner sebagai Jalan Kemandirian Ekonomi
Tak hanya di dunia fesyen, TBIG juga mendorong kemandirian ekonomi anak muda lewat program Culinary Micro Business Fellowship. Bekerja sama dengan KADIN Institute Pekalongan dan Koperasi Bangun Bersama, program ini memberikan pelatihan intensif, akses teknologi, dan pembiayaan tanpa bunga bagi calon wirausaha muda di bidang kuliner.
“Kolaborasi ini merupakan solusi komprehensif untuk menciptakan wirausaha muda mandiri dan berkelanjutan,” jelas Direktur KADIN Institute, Naila Farha.
Baca juga: Kadin Ungkap Dua Biang Kerok yang Dikeluhkan Pekerja dan Pengusaha di RI, Apa Itu?
Selama 1 bulan pelatihan dan 12 bulan pendampingan, peserta tidak hanya dibekali keterampilan produksi makanan, tetapi juga pengelolaan usaha mikro, termasuk penerapan sistem administrasi keuangan digital berbasis teknologi (SAKU).
“Anak muda memiliki potensi daya cipta yang luar biasa. Kami hanya perlu memberikan kesempatan, infrastruktur, dan pengetahuan,” tutur Lie Si An. Ia juga menegaskan pentingnya koperasi dalam memperkuat ekonomi akar rumput.
Komitmen Jangka Panjang
Presiden Direktur TBIG, Herman Setya Budi, menyampaikan bahwa kedua program tersebut merupakan bentuk investasi sosial jangka panjang.
“Kami tidak hanya membangun infrastruktur fisik, tetapi juga infrastruktur budaya dan ekonomi kreatif. Melalui dua fellowship ini, kami ingin memastikan generasi muda memiliki akses terhadap keterampilan, pendampingan, dan dukungan konkret untuk berkontribusi bagi masa depan bangsa,” tegasnya. (*)









