Aktivitas Manufaktur Indonesia Tertinggi Sejak Juni 2024, Inflasi Tetap Terkendali

Aktivitas Manufaktur Indonesia Tertinggi Sejak Juni 2024, Inflasi Tetap Terkendali

Jakarta – Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur Indonesia kembali mencatat kinerja yang solid dengan ekspansi pada level 51,9 pada Januari 2025, meningkat dibandingkan 51,2 pada Desember 2024.

Angka tersebut juga merupakan yang tertinggi sejak Juni 2024. Peningkatan itu didorong oleh kenaikan produksi serta permintaan baru, baik dari pasar domestik maupun ekspor.

“Kenaikan PMI manufaktur ini menjadi sinyal positif mengawali tahun 2025 ini. Momentum ini akan terus dijaga, pemerintah berkomitmen menjaga kinerja sektor riil serta mendukung kebijakan yang pro terhadap pertumbuhan industri,” ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu dalam keterangan resmi, dikutip, Selasa, 4 Februari 2025.

Baca juga: PMI Manufaktur RI Kembali Ekspansi, Begini Kata Anak Buah Sri Mulyani

Febrio menjelaskan bahwa perkembangan sektor manufaktur pada Januari 2025 mencerminkan ekspansi aktivitas konsumsi dan dunia usaha yang konsisten sejak akhir tahun lalu.

Indikator Ekonomi Menguat, Optimisme Pelaku Industri Meningkat

Pada Desember 2024, Indeks Penjualan Riil (IPR) meningkat 1,0 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Sementara itu, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang dirilis Bank Indonesia tetap berada dalam zona ekspansif di level 127,7.

Dari sisi aktivitas dunia usaha, penjualan listrik industri ekspansif 4,3 persen yoy, meningkat signifikan dibandingkan pertumbuhan 1,5 persen pada bulan sebelumnya.

Baca juga: Airlangga: Inflasi Terkendali dan PMI Manufaktur Kembali Ekspansif di Akhir 2024

Dengan perkembangan tersebut, optimisme pelaku industri manufaktur terhadap prospek 2025 semakin kuat. Kenaikan permintaan mendorong perusahaan untuk menambah tenaga kerja serta meningkatkan stok bahan baku dan barang jadi guna mengantisipasi lonjakan penjualan.

Sementara itu, di tingkat global, beberapa mitra dagang utama Indonesia juga menunjukkan ekspansi sektor manufaktur. PMI Manufaktur India tercatat 58,0, sementara AS dan Tiongkok berada di level 50,1. Namun, sebagian besar negara ASEAN masih mengalami kontraksi, seperti Thailand (49,6), Vietnam (48,9), dan Malaysia (48,7).

Inflasi Terkendali, Daya Beli Masyarakat Terjaga

Pada Januari 2025, inflasi tercatat turun menjadi 0,76 persen yoy. Secara bulanan (month-to-month/mtm), terjadi deflasi sebesar 0,76 persen, terutama dipengaruhi oleh program diskon tarif listrik di tengah kenaikan harga beberapa komoditas pangan akibat musim hujan.

“Kebijakan program diskon tarif listrik sebesar 50 persen kepada sebagian besar pengguna merupakan bagian dari program pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat dan mendorong aktivitas ekonomi. Kebijakan ini berdampak positif bagi perekonomian sehingga daya beli masyarakat tetap terjaga,” lanjut Febrio.

Baca juga: Diskon Tarif Listrik 50 Persen jadi Penyebab Utama Deflasi Januari 2025

Febrio menegaskan bahwa pemerintah terus berupaya menjaga inflasi tetap terkendali guna melindungi daya beli masyarakat, terutama dalam memastikan akses terhadap kebutuhan pangan. Pemerintah berkomitmen menjaga inflasi dalam rentang sasaran melalui koordinasi pusat dan daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).

“Pemerintah secara konsisten melakukan kebijakan untuk menjaga terkendalinya inflasi pangan, termasuk meningkatkan produksi dan memperkuat cadangan pangan guna mencapai ketahanan pangan. Dalam mempersiapkan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadan dan Idul Fitri, pemerintah akan terus memitigasi risiko gejolak yang mungkin terjadi,” tutup Febrio. (*)

Editor: Yulian Saputra

Related Posts

Top News

News Update