Jakarta – Di tengah hiruk pikuk industri keuangan yang kerap identik dengan angka dan laporan keuangan, sebuah pertunjukan budaya justru menyita perhatian. Ketoprak Financial, sebuah pentas seni yang dimainkan para pelaku industri jasa keuangan, akademisi, hingga jurnalis, kembali menghibur publik Jakarta dengan membawakan lakon “Pangeran Samber Nyowo”.
Bertempat di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) pada Rabu malam, 30 Juli 2025, pertunjukan ini memadukan cerita klasik Jawa dengan sentuhan kekinian.
Lakon “Pangeran Samber Nyowo” disajikan secara ringan, penuh guyonan khas dunia finansial, namun tetap menyisipkan pesan perjuangan dan kritik sosial yang relevan.
Di balik kemasan hiburannya, Ketoprak Financial menyampaikan pesan tentang semangat melawan ketidakadilan dan tantangan zaman.
Kisah Raden Mas Said, sosok pemberani yang dijuluki Samber Nyowo karena keberaniannya melawan penjajahan, dihidupkan kembali oleh para profesional keuangan yang untuk semalam berperan sebagai seniman panggung.
Baca juga: Lestarikan Seni Budaya, Eksekutif Keuangan hingga Jurnalis Senior Gelar Ketoprak Lakon “Majapahit Ratu Kencono Wungu”
Sebut saja Suwandi Wiratno (Ketua Umum APPI), Aviliani (Komisaris Utama Allo Bank), hingga Fathan Subchi (Anggota BPK RI) yang ikut ambil bagian di atas panggung.
Tak ketinggalan, jajaran direksi bank dan asuransi seperti Vera Eve Lim (Direktur BCA), Achmad K. Permana (Komisaris Utama Allianz Syariah), hingga Tribuana Tunggadewi (Direktur BSI) turut menunjukkan kebolehannya berakting.
Mereka beradu peran dalam lakon “Pangeran Samber Nyowo”, yang disutradarai Aries Mukadi dengan Eko B. Supriyanto (Chairman Infobank Media Group) sebagai produser eksekutif.
Kisah ini mengangkat perjuangan Raden Mas Said atau Mangkunegara I, pangeran pemberani yang berjuluk Samber Nyowo karena keberaniannya melawan penjajahan Belanda.
“Semangat juang melawan pemecah-belah bangsa dan melawan ketidakadilan saat ini terasa aktual dengan masih banyaknya ketidakadilan yang terjadi di negeri ini, seperti masih tingginya ketimpangan ekonomi antara yang kaya dan yang miskin,” ujar Eko dalam sambutannya.
Guyonan Finansial, Kritik Sosial
Salah satu ciri khas dari Ketoprak Financial adalah sisipan humor yang khas dan relevan dengan dunia keuangan. Dalam adegan pembuka, misalnya, Pangeran Notokusumo yang diperankan Eko mengomentari situasi Mataram sambil menyentil isu-isu finansial masa kini.
“Sambil kita menunggu setelah perang pulih, situasinya memang sedang gawat. Jadi, Belanda berkeliling dari Semarang dan mau mampir ke Surakarta untuk melihat rekening gendut, rekening di bawah 1 miliar, rekening dormant yang terindikasi judi online,” celetuknya disambut tawa gemuruh penonton.
Tak berhenti di situ, guyonan berikutnya kembali menyentil regulasi baru yang kini tengah hangat diperbincangkan, “Saya bingung sama kerajaan di sini. Rekening pasif diambil negara, tanah nganggur diambil negara, istri nganggur dua bulan masa diambil negara?”
Baca juga: OJK Pantau Ketat Penyesuaian Polis Usai Putusan MK
Dialog spontan dan ekspresi kaku akibat demam panggung justru menjadi hiburan tersendiri. Banyak penonton terpingkal saat beberapa pemain tampak lupa dialog karena absen latihan.
Misi Sosial dan Pelestarian Budaya
Lebih dari sekadar hiburan, pertunjukan ini juga memiliki misi sosial.
Seluruh hasil penjualan tiket disumbangkan ke Yayasan Anak Asuh Kita untuk mendukung pendidikan tinggi anak-anak kurang mampu.
“Pagelaran ini menjadi ajang silaturahmi dan networking sesama pelaku jasa keuangan, sekaligus bentuk dukungan terhadap seniman tradisional,” kata Eko.
Baca juga: Boy Thohir Luncurkan Yayasan Amanah Bangun Negeri, Terinspirasi Dedikasi Bill Gates
Pagelaran ini pun semakin semarak dengan kehadiran pelawak legendaris Srimulat seperti Kadir, Tessy, dan Yani Lemu sebagai bintang tamu, membawa suasana kian hangat dan penuh tawa.
Turut juga bermain, antara lain Rita Mirasari (Direktur Bank Danamon), Yuanita Rohali (President CFO Club Indonesia), Fransisca Nelwan Mok (Direktur Bank ICBC Indonesia), Juanita Luthan (Direktur NobuBank), Lisawati (Komisaris Bank Ganesha), Rudiantara (Komut DANA), dan Evi Afiatin (Direktur Sucofinfo).
Kemudian, Dumasi MM Samosir (Direktur Asuransi Sinar Mas), Anggar B Nuraini (Deputi Komisioner OJK), Rokidi (Dirut Bank Kalbar), M Edhie Purnawan (UGM), dan Susy Meilina (Dirut MNC Sekuritas).
Lalu, Kusumaningtuti (Komisaris SMBC Indonesia), Nicolaus Prawiro (Wadirut Asuransi Cakrawala Proteksi), Jemmy Atmadja (Presdir Asuransi Maximus), dan Daniel Hartono (Direktur FIF Group).
Sementara dari kalangan jurnalis ada Tomi Aryanto (Tempo), Eko B. Supriyanto dan Karnoto Mohamad (Infobank), serta Maria Y. Benyamin (Bisnis Indonesia). (*)
Editor: Yulian Saputra










