BI Pesimis Akhir 2017 Pertumbuhan Kredit Bias Ke Bawah 10%

BI Pesimis Akhir 2017 Pertumbuhan Kredit Bias Ke Bawah 10%

Jakarta – Bank Indonesia (BI) pesimis pertumbuhan kredit sampai dengan akhir tahun akan berada di bawah 10 persen atau masih sejalan dengan target BI di kisaran 8-10 persen. Padahal, berdasarkan data BI, pertumbuhan kredit perbankan di September 2017 sudah mendekati angka double digit.

Asal tahu saja, penyaluran kredit pada September 2017 tercatat sebesar Rp4.569,9 triliun atau tumbuh 9,4 persen (year on year/yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 8,4% (yoy). Peningkatan pertumbuhan kredit perbankan terjadi pada seluruh jenis penggunaannya.

“Kita menduga pertumbuhan kreditnya akan lebih bias ke bawah. Kemungkinan kita bisa mencapai sekitar angka-angka pasti yakni di angka 10 persen ke bawah,” ujar Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto, di Jakarta, Rabu, 1 November 2017.

Dia mengungkapkan, masih lambatnya pertumbuhan kredit atau di bawah double digit secara rata-rata industri disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya yakni perbankan saat ini masih tengah berbenah melakukan konsolidasi untuk menyehatkan rasio kredit bermasalahnya (NPL).

“Jadi kalau kita lihat kredit gak akan tumbuh terlalu cepat sekali, karena bagaimana jugakan kita tahu bahwa sekarang bank sedang konsolidasi. Terlebih, infrastruktur pemerintah juga sepenuhnya belum terpenuhi,” ucap Erwin.

Menurutnya, pertumbuhan kredit yang tercatat sebesar 9,4 persen di September 2017 tersebut, masih berdampak dari adanya program pengampunan pajak (tax amnesty) yang dilaksanakan pemerintah pada tahun lalu hingga Maret 2017. Hal ini turut mendongkrak penyaluran kredit perbankan nasional.

“Karena memang tahun lalu adanya tax amnesty itukan pertumbuhannya besar sekali, sehingga nanti best effectnya akan mempengaruhi. Tapi akhir tahun pasti akan ada di angka-angka di bawah 10 persen,” tambahnya.

Pertumbuhan kredit perbankan terjadi pada seluruh jenis penggunaannya. Penyaluran Kredit Modal Kerja (KMK) pada September 2017 tercatat sebesar Rp1.123 triliun atau mengalami pertumbuhan 9,6 persen (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan di bulan sebelumnya yakni sebesar 7,3 persen (yoy).

Sejalan dengan hal tersebut, Kredit Investasi (KI) juga turut mengalami peningkatan pertumbuhan dari 6,8 persen (yoy) pada Agustus 2017 menjadi 7,1 persen (yoy). Demikian pula, kredit Konsumsi (KK) terakselerasi dari 10,2 persen (yoy) pada bulan Agustus 2017 menjadi 11 persen (yoy) dengan nominal mencapai Rp1.325,5 triliun.

Akselerasi pertumbuhan KMK itu didorong oleh pertumbuhan kredit yang disalurkan kepada sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel & restoran yang masing-masing tumbuh meningkat dari 4,6 persen (yoy) dan 5,5 persen (yoy) menjadi sebesar 8,2 persen (yoy), dan 6,9 persen (yoy) yang masing-masing mencapai Rp546,4 triliun dan Rp763,2 triliun.

Seiring dengan peningkatan pertumbuhan pada KMK, Kredit Investasi (KI) juga tercatat mengalami pertumbuhan terutama terjadi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan yang masing-masing meningkat dari 7,3 persen (yoy) dan 12,3 persen (yoy) menjadi 8 persen (yoy) dan 12,6 persen (yoy) pada September 2017.

Selanjutnya, pertumbuhan Kredit Konsumsi (KK) utamanya terjadi pada peningkatan kredit kepemilikan rumah (KPR). Pertumbuhan KPR dan KPA tercatat meningkat dari 10,4 persen (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 10,6 persen (yoy) atau mencapai Rp393,8 triliun pada bulan September 2017. (*)

Related Posts

News Update

Top News