Kenaikan Premi dan Efisiensi Dorong Laba Inti Tugu Insurance Tumbuh 62 Persen

Kenaikan Premi dan Efisiensi Dorong Laba Inti Tugu Insurance Tumbuh 62 Persen

Jakarta – PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) atau Tugu Insurance mencatatkan laba inti atau core net profit konsolidasi Rp706 miliar pada periode 2024, meningkat 62,7 persen dibandingkan setahun sebelumnya yang mencapai Rp434 miliar.

Hal tersebut terungkap dalam laporan keuangan konsolidasi Tugu Insurance 2024 yang dipublikasi pada Senin, 3 Maret 2025.

Laba inti tersebut mengecualikan pendapatan satu waktu atau one time revenue senilai Rp868 miliar yang diterima TUGU pada 2023, hasil kemenangan kasus hukum melawan Citibank di Hong Kong.

Analis Trimegah Sekuritas, Kharel Devin menilai, kinerja operasional TUGU masih tumbuh positif, meskipun laba bersih terlihat turun 47 persen year on year (yoy) dari Rp 1,32 triliun pada 2023 menjadi Rp 700,85 miliar pada 2024.

Menurut dia, hal ini akibat pada 2023 lalu TUGU mencatatkan pendapatan satu waktu yang cukup besar.

“Pendapatan satu waktu di 2023 memang seperti jackpot. Namun tanpa itu pun kinerja operasional TUGU tumbuh positif dari top line hingga bottom line,” ujar Kharel.

Baca juga: Laba TUGU Meroket 4 Kali Lipat pada Januari 2025

Kenaikan laba inti TUGU ditopang oleh penghimpunan premi bruto yang meningkat 10,73 persen yoy menjadi Rp8,54 triliun.

Adapun pendapatan underwriting naik 13,8 persen yoy menjadi Rp2,97 triliun.

Bila dirinci kenaikan premi banyak disumbang oleh segmen properti dan kebakaran yang meningkat 38,2 persen yoy menjadi Rp3,81 triliun.

Segmen onshore juga melesat 395 persen yoy dengan nilai Rp338,76 miliar.

Selain pendapatan underwriting, TUGU juga mencatat kenaikan pendapatan usaha lainnya sebesar 29,28 persen yoy menjadi Rp519,85 miliar.

Adapun pendapatan investasi terkoreksi 23,55 persen yoy menjadi Rp443 miliar.

Baca juga: Presiden Direktur Tugu Insurance Sabet Best CEO Award 2024

Dari sisi beban, pengeluaran tidak sebesar dari sisi pendapatan. Total beban klaim netto tumbuh 7,15 persen yoy menjadi Rp 2,05 triliun, sementara beban usaha malah turun 6,41 persen yoy menjadi Rp 760,12 miliar.

Adapun beban usaha lainnya tumbuh 3,81 persen yoy menjadi Rp 309,63 miliar.

“Bila melihat dari sisi beban, maka TUGU berhasil menjaga kualitas manajemen risiko sehingga beban klaim dapat terjaga. Selain itu optimalisasi beban usaha dilakukan agar tercapai omzet dan pendapatan yang terus meningkat,” tambahnya.

Kharel menjelaskan pada 2024 TUGU berhasil mengembangkan pasar ke segmen non captive dengan fokus pada perusahaan BUMN dan swasta.

Pendapatan premi dari captive business, yaitu Grup Pertamina tercatat di bawah 30 persen, sementara sisanya mayoritas berasal dari segmen korporasi non captive serta segmen ritel.

Baca juga: Bukti Kepuasan Pelanggan, Tugu Insurance Sabet Sederet Penghargaan di SLE Awards 2025

“Pada dasarnya pendapatan segmen captive akan terus tumbuh karena merupakan induk usaha. Namun dengan mengembangkan pada segmen non-captive, pertumbuhan premi TUGU akan terus berkelanjutan pada masa mendatang,” ujarnya.

Tugu Insurance mencatatkan total aset Rp26,35 triliun pada akhir 2024, meningkat 4,82 persen dari setahun sebelumnya.

Adapun total ekuitas tercatat Rp10,5 triliun, naik 2,22 persen dari setahun sebelumnya. Risk based capital (RBC) TUGU tercatat 432 persen pada akhir Desember 2024, jauh lebih tinggi dari rata-rata industri di 326 persen. (*)

Related Posts

News Update

Netizen +62