Jakarata – Beberapa bulan telah berlalu namun Konflik antara Rusia dan Ukraina masih terjadi. Perseteruan antara kedua negara tersebut tidak hanya berdampak pada kondisi di kedua negara saja, namun juga hampir di seluruh dunia.
Adanya perseteruan antara Rusia dan Ukraina juga memunculkan keberpihakan dari beberapa negara lainnya. Sikap politis yang diambil negara-negara lain penting untuk menunjukkan apakah suatu negara mengambil posisi berpihak pada salah satu negara atau justru bersikap netral.
Sampai saat ini Indonesia masih mendaulat sebagai posisi nonblok. Bahkan, dalam merespon perang di antara kedua negara tersebut, Presiden Jokowi mewakili Indonesia mempertegas posisi netral dengan melakukan kunjungan ke Ukraina dan Rusia.
Hal ini diperkuat dengan pernyataan Pengamat Militer Connie Rahakundini yang mengatakan, Jokowi meluruskan bahwa Indonesia tidak berpihak ke mana pun atau bertahan sebagai negara nonblok.
Connie juga mengatakan bahwa kunjungan Jokowi ke dua negara tersebut merupakan upaya untuk menciptakan keseimbangan dunia setelah adanya prediksi dari Bank Dunia akan munculnya negara-negara gagal (the failed states). Tentunya perlu dipahami bahwa kunjungan tersebut tidak serta merta akan merubah keadaan secara instan karena proses perdamaian kedua negara membutuhkan waktu yang panjang.
Presiden Jokowi sampai di Ukraina pada Rabu, 29 Juni 2022 pukul 15.00 waktu setempat dan langsung disambut oleh Presiden Volodymyr Zelensky di Istana Marynsky. Dari kunjungan tersebut ada empat hal yang menjadi pembicaraan di antara kedua kepala negara tersebut, yakni mendorong dialog perdamaian antara Ukraina dan Rusia, Jokowi menawarkan diri sebagai pembawa pesan untuk Presiden Rusia, mengundang Zelensky hadir pada pertemuan puncak (KTT) G20 di Bali, serta membahas persoalan kenaikan harga pangan dan energi.
Sementara Jokowi berkunjung ke Rusia pada Kamis, 30 Juni 2022 dan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow, Rusia. Seperti yang disampaikan pada Ukraina, Jokowi juga membicarakan pesan perdamaian untuk Rusia dan ukraina. Selain itu Jokowi dan Putin juga membicarakan permasalahan terganggunya rantai pangan dan pupuk saat ini, ketertarikan Putin mengembangkan industry tenaga nuklir nasional dengan Indonesia, juga diskusi kerja sama antara Rusia dan Indonesia di bidang investasi, perdagangan, maupun pariwisata. Tak lupa Jokowi mengundang Putin untuk dapat menghadiri KTT G20 di Bali.
Meskipun kunjungan tersebut belum menimbulkan hasil yang signifikan pada perdamaian di antara dua negara tersebut, namun apa yang dilakukan Presiden Jokowi merupakan sebuah upaya yang patut diapresiasi. Hal tersebut merupakan langkah nyata Indonesia dalam menjalankan konstitusi seperti yang tertuang dalam UUD 1945 untuk ikut menciptakan perdamaian dunia. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra