Market Update: Intervensi PBOC

Market Update: Intervensi PBOC

oleh Agung Galih Satwiko

PASAR saham Asia hari Selasa 12 Januari 2016 ditutup bervariasi. Indeks Nikkei turun 2,71%, Hang Seng turun 0,89%, Shanghai Composite naik 0,20%, CSI 300 index naik 0,73%, Kospi Korsel turun 0,21% dan Singapore STI turun 0,63%. Pasar saham di China naik setelah PBOC melakukan intervensi Yuan, sementara pasar saham di Jepang turun karena mengikuti pasar saham regional pada hari Senin yang turun saat pasar Jepang libur.

Sementara pasar Eropa ditutup menguat. FTSE 100 Inggris naik 0,98%, DAX Jerman naik 1,63%, CAC 40 Perancis naik 1,53% dan IBEX 35 Spanyol naik 0,33%. Pasar ekuitas US kemarin ditutup menguat di tengah semakin turunnya harga minyak dunia. Investor membeli saham-saham sektor teknologi dan health-care. DJIA ditutup naik 0,72%, S&P 500 naik 0,78%, dan Nasdaq naik 1,03%.

Dalam rangka mempertahankan nilai Yuan, PBOC melakukan pembelian Yuan di Hong Kong (offshore market)/ CNH. Supply Yuan di Hong Kong dengan cepat menipis sehingga membuat mata uang Yuan offshore/ CNH menguat 0,7% terhadap USD. Penguatan CNH membuat spread antara offshore Yuan (CNH) dengan onshore Yuan (CNY) semakin menyempit hingga mencapai hanya sebesar 0,0074 yuan. Spread antara CNH dengan CNY terus meningkat sejak Oktober 2015 hingga menyentuh level tertinggi pada tanggal 6 Januari 2015. Setelah itu spread terus menurun dengan tajam, sehingga kemarin CNH diperdagangkan nyaris sama dengan CNY. Selain itu pembelian Yuan oleh PBOC kemarin juga membuat cost of borrowing overnight untuk Yuan naik tajam hingga mencapai 66,82% setahun (rate ini pada hari senin sebesar 13,4% dan pada hari jumat lalu sebesar 4%).

Dengan membeli Yuan offshore, PBOC menegasikan persepsi dan perkiraan pelaku pasar bahwa CNH akan terus melemah sehingga mengurangi aksi spekulan melalui transaksi short selling Yuan. Langkah ini juga sebagai upaya untuk menstabilkan nilai tukar Yuan dan membawa nilai on-shore Yuan relatif sama dengan offshore Yuan, sebagaimana disyaratkan oleh IMF saat yuan ditetapkan sebagai salah satu mata uang dalam SDR currency basket. Namun demikian menurut penulis likuiditas Yuan yang ketat tidak dapat dilakukan dalam jangka menengah panjang karena akan berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi melalui turunnya kredit dan turunnya ekspor. Dalam jangka panjang Yuan diperkirakan tetap akan melemah.

Masih dari China, Pemerintah China dilaporkan akan meningkatkan pengaturan dan pengawasan terhadap utang Pemerintah Daerah (local government debts) di tengah meningkatnya risiko naiknya utang nasional pada saat ekonomi China melemah. Pemerintah China akan menerapkan cap atas outstanding debt Pemerintah Daerah. Sepanjang tahun 2015 Pemerintah Daerah di China telah menerbitkan obligasi daerah sebesar hampir 600 miliar Yuan (USD91,4 miliar) dan mengkonversi sekitar 3,2 triliun Yuan outstanding utang (loan) menjadi bonds dengan tingkat bunga yang lebih rendah (bond-for-debt swap program).

Dari Eropa, UK industrial production turun di bulan November sebesar 0,7% dibandingkan bulan sebelumnya, terutama disebabkan oleh turunnya output di sektor listrik, energi dan gas sebesar 2,1%. Penurunan output industri sektor energi disebabkan karena cuaca yang relatif lebih hangat dibandingkan biasanya, sehingga mengurangi kebutuhan akan energi.

Harga minyak dunia kembali melemah kemarin bahkan sempat menyentuh level di bawah USD30 per barrel sebelum ditutup sedikit di atas USD30 per barrel. Harga minyak WTI crude Nymex untuk pengiriman Februari turun USD0,97 (3,1%) ke level USD30,44 per barrel level terendah sejak Desember 2003 setelah sempat diperdagangkan pada level USD29,93 per barrel. Sementara Brent crude London’s ICE untuk pengiriman Februari turun USD0,69 (2,2%) ke level USD 30,86 per barrel, harga terendah sejak April 2004.

Analis memperkirakan harga minyak akan terus menurun karena USD akan terus menguat dengan naiknya Fed Fund rate dan membaiknya ekonomi di US. Morgan Stanley melalui head of energi research mengikuti Goldman Sachs yang memperkirakan harga minyak dapat mencapai USD20 per barrel. Sementara Bank of America Merrill Lynch memperkirakan harga minyak dapat turun di bawah USD30 per barrel dengan pertimbangan perang harga di internal OPEC, musim dingin yang hangat, dan melemahnya Yuan (menguatnya USD). Berdasarkan hasil riset Wolfe Research, sepertiga perusahaan produsen minyak di US dapat mengalami kebangkrutan pada pertengahan 2017, dengan trend pelemahan harga minyak dunia saat ini. British Petroleum juga sudah mengumumkan penurunan 5% global workforce akibat turunnya harga minyak.

Yield UST turun karena terus melemahnya harga minyak membuat investor membeli safe haven asset seperti UST. UST 10 year turun 6 bps ke level 2,10%, sementara UST 30 year turun 6 bps ke level 2,90%. Pasar UST akan dipengaruhi oleh dua factor utama, membaiknya ekonomi US dan lemahnya pertumbuhan ekonomi global khususnya China. China dilaporkan menjual UST dalam rangka meningkatkan stok USD dan melakukan intervensi di pasar valas. Berdasarkan data dari US Treasury Department, dalam 10 bulan pertama tahun lalu china telah membukukan net sell sebesar USD187 miliar. Namun demikian, investor UST tidak perlu khawatir akan naiknya yield dengan penjualan oleh China tersebut, karena investor domestic US termasuk domestic mutual fund selalu siap menyerap UST. Saat ini China memiliki sekitar USD1,4 triliun UST (termasuk sebagian holding melalui Belgia). Dari Eropa, yield German bund 10 year turun 0,7 bps ke level 0,53%. Harga obligasi berbanding terbalik dengan yield, jika yield naik maka harga obligasi akan turun dan sebaliknya.

Pasar SUN relatif stabil, yield SUN tenor 10 tahun turun 8 bps ke level 8,69%. Yield SUN tenor 10 tahun turun 5 bps sejak akhir tahun lalu. IHSG pada penutupan Selasa naik 47,04 poin (1,05%) ke level 4.512,53. Asing membukukan net buy sebesar Rp72,2 miliar, sehingga year to date asing membukukan net sell sebesar Rp1.231,7 miliar. Hampir semua sektor mengalami kenaikan, kecuali sektor mining dan miscellaneous industry. Nilai tukar rupiah ditutup melemah Rp48 ke level Rp13.910 per dolar AS. NDF 1M menguat Rp15 ke level Rp13.958. Persepsi risiko meningkat, CDS spread valas 5Y naik 6 bps ke level 247. (*)

Related Posts

News Update

Top News