Dua Perusahaan Realisasikan Investasi Smelter Rp6,4 Triliun

Dua Perusahaan Realisasikan Investasi Smelter Rp6,4 Triliun

Bantaeng – Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengaku, dua perusahaan tengah berencana melakukan investasi smelter senilai Rp6,4 triliun dan dalam proses konstruksi di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan.

Kepala BKPM Franky Sibarani mengungkapkan, dua perusahaan tersebut adalah PT Titan Mineral Utama (TMU) dengan rencana investasi sebesar Rp4,7 triliun dan PT Huadi Nickel-Alloy Indonesia (HNAI) sebesar US$130 juta atau sekitar Rp 1,7 triliun (dengan kurs Rp13.500).

“Realisasi industri smelter tersebut positif dan menunjukkan geliat investasi terutama di sektor hilirisasi pertambangan di Sulawesi Selatan,” ujar Franky dalam keterangannya, di Bantaeng, Senin, 7 Desember 2015.

Franky menambahkan, proyek-proyek pembangunan industri pengolahan dan pemurnian bahan mineral atau smelter dapat berkontribusi positif bagi pembangunan ekonomi di Indonesia.

Pembangunan industri smelter, kata dia, memerlukan dukungan dan kerjasama dari semua stakeholders baik pemerintah, swasta dan BUMN sehingga industri smelter yang berbasiskan sumber daya alam ini dapat memberikan efek berantai (multiplier effect) kepada semua pihak.

“Pada tahun 2016, kedua smelter di Bantaeng ini diharapkan sudah dapat berproduksi komersial dan hal ini lebih menyakinkan lagi atas feasibility investasi pengolahan logam nikel di Indonesia sehingga kapasitas investasi nilai tambah mineral nikel di Sulawesi akan menjadi  salah satu yang terbesar di dunia di antara negara-negara penghasil dan pengolah nikel di dunia,” ucapnya.

Franky menambahkan bahwa, rencana investasi TMU sebesar Rp4,7 triliun tersebut dilakukan dengan rencana penyerapan tenaga kerja sebesar 1.000 orang. Sementara HNAI mempunyai rencana investasi sebesar Rp1,7 triliun dan rencana penyerapan tenaga kerja sebesar 900 orang.

Saat ini TMU sedang melakukan pembangunan tahap pertama konstruksi dengan kapasitas produksi Ferronickel sebesar 12.000 ton/tahun yang akan mulai produksi komersial pada bulan Februari 2016. Dalam pembangunan pabrik smelternya, TMU berencana memasang 20 tungku blast furnace, dimana pada saat ini sudah melakukan instalasi 4 tungku.

Sedangkan, HNAI sedang melaksanakan konstruksi tahap pertama dengan kapasitas 100.000 ton Ferronickel per tahun dengan menggunakan 2 tungku Rotary Kiln Electric Furnace yang ramah lingkungan. Perusahaan optimis bahwa proses konstruksi pabrik smelter nikel dapat diselesaikan pada bulan Desember 2015.

Pada Januari 2016, HNAI akan melakukan trial produksi dan diharapkan pada bulan Februari 2016 dapat memulai produksi serta melakukan ekspor perdana. “Realisasi investasi smelter nikel dan Kawasan Industri Bantaeng membuktikan komitmen Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Kabupaten Bantaeng dalam mendorong pencapaian nilai tambah mineral nikel di Indonesia,” paparnya.

Sejalan dengan visi Pemerintah Kabupaten Bantaeng, kedua perusahaan sebagai industri smelter nikel juga telah melakukan peningkatan kemampuan tenaga kerja lokal dengan memberikan pelatihan-pelatihan teknis.

HNAI telah melakukan training 20 orang calon pekerja lokal ke Tiongkok yang akan menjadi operator dari mesin-mesin smelter nikel dan nantinya perusahaan juga akan mempekerjakan 80% tenaga kerja lokal di Kabupaten Bantaeng. TMU juga telah mengirimkan 40 orang pekerja lokal dari Kabupaten Bantaeng ke Badan Latihan Kerja Industri (BLKI) di Kota Makassar, Sulawesi Selatan untuk mendapatkan training sebagai operator smelter nikel.

Berdasarkan data BKPM pada triwulan III Tahun 2015, realisasi investasi mencapai Rp 140,3 triliun, naik 17% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 119,9 triliun.

Sementara industri smelter berdasarkan data realisasi investasi Januari-September 2015 di Indonesia mencapai angka Rp12,1 triliun dari 170 proyek. Khusus di provinsi Sulawesi Selatan, industri smelter yang sedang dibangun sebanyak 7 proyek PMA senilai US$12,6 juta dan 7 proyek PMDN senilai Rp10,3 miliar. (*) Rezkiana Nisaputra

Related Posts

News Update

Top News